CONTOH LAPORAN VERBATIM KONSELING

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Rasional

 

Bimbingan konseling pada dasarnya bertujuan untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai makhluk sosial. Sesuai dengan pernyataan di atas konselor sebagai petugas bimbingan yang ada di sekolah mempunyai tugas memberikan pelayanan dan membantu siswa agar dapat mengembangkan potensinya.

        Salah satu bentuk layanan yang diberikan kepada siswa adalah layanan konseling, yaitu suatu layanan yang diberikan pada siswa untuk memecahkan masalah yang tengah dihadapinya secara face to face (tatap muka). Namun konseling juga membantu individu mengajarkan ketrampilan-ketrampilan tersebut, sehingga diharapkan siswa nantinya mampu menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan orang lain.

Ancangan konseling yang dipilih oleh praktikan untuk membantu klien adalah pendekatan konseling realita. Pendekatan ini digunakan berdasarkan paparan atau uraian klien mengenai permasalahan yang dialaminya.

 

B.  Konfidensial

Untuk mengenal klien secara lengkap dan mendalam, konselor perlu mengumpulkan berbagai data atau keterangan secara komprehensif, sehingga latar belakang klien dan penyebab dari permasalahan dapat terungkap.

Berkaitan  dengan data yang telah terkumpul tersebut, konselor harus bertanggung jawab untuk menjaga  dan menyimpan sehingga kerahasiaaannya terjamin. Dalam hal ini kode etik jabatan konselor merupakan landasan yang kuat sebagai pedoman untuk menjaga kerahasiaan.

Seperti yang tercantum dalam kode etik jabatan konselor yang telah  mendapatkan pengesahan dari Sidang  Pleno Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang pada tanggal 17 Desember 1975, Bab III, Sub Bab: Kegiatan professional, butir 1.1. yang berbunyi:

               “Catatan-catatan tentang diri klien yang meliputi hasil wawancara,  testing,   surat menyurat, rekaman, dan data lain, semuanya merupakan informasi yang  bersifat rahasia dan hanya boleh untuk kepentingan kien. Data tersebut dapat digunakan untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor asalkan identitas klien dirahasiakan”.

 

Demikian pula yang terdapat dalam ketentuan kode etik jabatan konselor pada nomor 1.4 yang berbunyi:

“Adalah kewajiban konselor untuk memegang kerahasiaan klien. Kewajiban ini berlaku walaupun dia tidak lagi berdinas sebagai konselor.”

 

      Dengan alasan tersebut di atas maka dalam laporan ini ada data-data yang sengaja ditulis fiktif (samaran), terutama yang berkaitan dengan identitas klien. Hal ini dimaksudkan agar identitas klien yang asli benar-benar tidak diketahui oleh orang lain yang tidak berkepentingan.

 

C.    Identitas Klien

1.                                 Proses penemuan klien

Sebelum konseling dilakukan, praktikan mengidentifikasi klien yang bermasalah baik dengan observasi maupun dengan menganalisa data-data yang telah terkumpul.

Dari observasi diketahui klien sering datang terlambat ke sekolah dan sering tidak masuk, duduk di deretan belakang dan klien tidak banyak bicara, intensitas komunikasi dengan teman-teman sebangku tidak terlalu sering.

Sedangkan dari hasil analisa data-data yang telah terkumpul yaitu : DCM diketahui bahwa jumlah item yang dipilih klien cukup banyak, angket study habits diketahui bahwa cara belajar klien kurang efektif dan dari data sosiometri dapat diidentifikasi bahwa klien termasuk siswa yang terisolir karena tidak ada yang memilih klien.

Akhirnya dari hasil observasi dan analisis data-data yang terkumpul praktikan melakukan konseling. Konseling dilakukan di ruang konseling pada pagi hari tanggal 1 Juni 2004 selama 60 menit. Kegiatan ini ditunjang klien yang datang sendiri sebelum dipanggil oleh praktikan.

 

 

2.    Identitas klien

a.    Identitas klien

·         Nama lengkap             : Yudi Saputra (fiktif)

·         Nama panggilan          : Yudi

·         Jenis kelamin               : Laki-laki

·         Tempat/tgl lahir           : Malang, 9 Mei 1984

·         Agama                         : Islam           

·         Alamat                                    : Jl. Araya Megah 15  Malang (fiktif)

Keadaan jasmani

·         Tinggi badan               : 165 cm

·         Berat badan                 : 49 kg

·         Golongan darah          : A

·         Warna kulit                 : Sawo matang

·         Warna rambut             : Hitam

·         Bentuk muka               : Bulat telur

Keadaan kesehatan

·         Penglihatan                 : Baik      

·         Pendengaran               : Baik

·         Pembicaraan                : Baik, lancar

·         Penyakit yang pernah diderita:           -

 

Keadaan keluarga

Ayah

·         Nama                        : Andi (fiktif)

·         Pekerjaan                  : Swasta

·         Pendidikan               : STM

·         Agama                      : Islam           

·         Alamat                     : Jl. Araya Megah 15 Malang (fiktif)

Ibu

·            Nama                      : Indah Dwi Puspita (fiktif)

·            Pekerjaan                : Swasta

·            Pendidikan             : SMU

·            Agama                    : Islam         

·            Alamat                    : Jl.Araya Megah 15 Malang (fiktif)

Saudara-saudara klien

·            Klien mempunyai satu adik perempuan yang masih kelas dua SMP.                              

Keadaan sosial keluarga

·            Klien berasal dari dari keluarga yang keadaan ekonominya  sedang.

 

3. Ancangan konseling

            Konseling realita pada hakekatnya menentang pendekatan lain yang memperlakukan klien sebagai individu yang sakit. Menurut pendekatan ini setiap manusi memiliki kebutuhan psikologis tunggal yang disebut identitas. Dalam merumuskan identitas, orang lain memerankan peranan penting dalam membantu melihat diri sendiri sebagai orang sukses atau orang yang gagal.

a.      Pandangan tentang hakekat manusia

1)                  Manusia adalah makhluk rasional

Manusia pada dasarnya adalah makhlur rasional oleh karena itu pola tingkah laku individu termasuk klien lebih banyak dipengaruhi oleh pola pikir individu tersebut dan bukan oleh aspek-aspek kepribadian lainnya.

2)                  Manusia memiliki potensi dan dorongan untuk belajar dan tumbuh

Setiap manusia mempunyai kapasitas untuk dapat menemukan dan menggunakan potensinya untuk tumbuh dan belajar secara berkelanjutan. Karena itu manusia dipandang mampu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri yang disebut self-determining.

3)                  Manusia memiliki kebutuhan dasar

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis maupun psikologis dan kebutuhan tersebut harus dipenuhi.

4)                  Manusia memerlukaan hubungan dengan orang lain

Pemenuhan kebutuhan dasar memerlukan keterlibatan dengan orang lain. Keterlibatan ini diperlukan individu sejak dini.

5)               Manusia memiliki motivasi dasar untuk mendapatkan identitas diri yang sukses

Identitas sukses mengacu pada individu yang melihat dirinya sebagai orang yang berkemampuan, cakap, dan berguna juga memiliki kekuatan untuk mengelola lingkungannya  dan yakin akan kehidupannya sendiri. Sedangkan identitas gagal menunjuk pada individu yang tidak dapat mengembangkan kehidupan personalnya yang dekat dengan orang lain, tidak dapat bertindak secara tanggungjawab, merasa tidak berdaya, tidak punya harapan dan merasa tidak berharga.

6)      Dalam memenuhi kebutuhannya manusia terikat pada 3R yaitu: Responbility, Reality, dan Right

b.   Tujuan konseling

Adapun yang menjadi tujuan konseling realita adalah:

1)         Membantu klien menjadi individu yang bertanggungjawab, yaitu dapat memenuhi kebutuhan dasarnya tanpa menganggu atau merugikan orang lain.

2)         Membantu individu mencapai otonomi, yaitu keadaan kematangan yang menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan sendiri.

3)         Membantu individu dalam mengartikan dan mempelajari tujuan-tujuan hidup mereka.

4)         Membantu individu belajar membuat keputusan nilai teantang prilaku mereka dalam memusatkan rencana tindakan untuk berubah.

  1. Tahap-tahap konseling

1)   Penciptaan hubungan baik.

        Pada tahap ini konselor membina hubungan baik bagi terciptanya suasana rapport dengan cara mengkomunikasikan perhatian, penerimaan, penghayatan dan pemahaman klien. Dalam tahap ini pembicaraan mengenai segala sesuatu yang diminati oleh klien. Pembicaraan ini akan menyenangkan klien dan merupakan cara yang baik untuk membantu klien segera terlibat dalam hubungan konseling.

2)   Identifikasi prilaku saat ini.

Pada tahap ini konselor membantu klien mengenali tingkah lakunya saat sekarang, apa yang dilakukan akhir-akhir ini berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dengan cara yang tidak menghukum.

3)   Penilaian prilaku saat ini.

Setelah klien menyadari apa yang telah dilakukan akhir-akhir ini kemudian konselor membantu klien untuk menilai apa tingkah lakunya efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

4)   Pengembangan rencana prilaku bertanggungjawab.

Berdasarkan penilaian klien terhadap tingkah lakunya, kemudian konselor membantu klien untuk mengidentifikasi dan memilih alternatif tindakan yang bertanggungjawab untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Di samping itu konselor juga membantu klien memperjelas pelaksanaan rencana yang telah dipilihnya.

5)   Komitmen

Pada tahap ini konselor membantu klien membuat komitmen atas rencana yang telah dipilih dengan cara  membuat perjanjian secara lisan/tertulis dalam wujud kontrak.

6)   Terminasi

Hubungan konseling memiliki batasan-batasan oleh karena itu kontrak konseling telah terpenuhi berarti  proses konseling berakhir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PROSES KONSELING

Berikut ini, paparan verbatim pernyataan konselor dan klien, tahap-tahap dan teknik konseling dengan pendekatan Realita dari W. Glasser. Konseling dilaksanakan pada tanggal 3 September 2002, di ruang konseling  selama 60 menit.

No

 

Verbatim

Tahap/Teknik

 

1

 

 

2

 

3

 

4

 

 

5

 

 

 

6

 

 

 

7

 

8

 

9

 

 

 

 

 

10

 

 

 

11

 

 

 

12

 

 

 

 

 

 

13

 

14

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

15

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

16

 

 

 

 

 

 

 

 

17

 

 

 

 

 

 

 

18

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

19

 

 

 

 

20

 

 

 

 

 

 

21

 

 

 

 

 

22

 

 

 

 

 

 

 

 

 

23

 

 

 

 

 

 

 

 

24

 

 

 

 

 

 

 

 

25

 

 

 

26

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

27

 

 

 

 

 

28

 

 

29

 

 

 

 

 

 

 

 

 

30

 

 

 

 

31

 

 

32

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

33

 

 

 

 

 

 

 

 

34

 

 

 

 

 

 

 

 

35

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

36

 

 

 

 

 

 

 

37

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

38

 

 

 

39

 

 

 

 

 

 

40

 

 

 

41

 

Klien

K’or

 

Klien

K’or

Klien

K’or

Klien

K’or

Klien

 

K’or

 

Klien

 

K’or

 

Klien

 

K’or

Klien

K’or

Klien

K’or

 

 

Klien

 

 

K’or

 

 

Klien

K’or

 

 

Klien

K’or

 

 

 

 

 

Klien

K’or

Klien

K’or

 

 

 

 

 

 

 

 

Klien

 

 

 

 

 

 

K’or

 

 

Klien

 

 

 

 

 

 

 

K’or

 

 

 

 

 

 

 

Klien

K’or

 

Klien

 

 

 

 

 

K’or

 

 

 

 

 

 

Klien

 

 

 

K’or

 

 

Klien

 

K’or

 

 

 

 

Klien

 

K’or

 

 

 

Klien

 

K’or

 

 

 

 

 

 

 

Klien

 

K’or

 

Klien

 

 

 

 

 

 

K’or

 

 

Klien

 

 

 

 

 

K’or

 

Klien

 

K’or

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Klien

 

K’or

 

 

 

Klien

 

K’or

Klien

 

K’or

 

 

 

 

 

Klien

 

 

 

K’or

Klien

 

 

 

K’or

Klien

 

K’or

 

 

 

 

Klien

 

 

 

 

 

 

K’or

 

 

Klien

 

 

 

 

 

K’or

 

 

 

 

 

 

Klien

 

K’or

 

 

 

 

Klien

 

 

 

 

 

K’or

 

Klien

 

 

 

 

 

K’or

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Klien

 

 

 

 

 

K’or

 

Klien

 

K’or

 

 

 

 

Klien

 

K’or

 

Klien

 

K’or

 

 

 

Klien

K’or

 

Selamat pagi …Bu

Selamat pagi oh Lia ayo masuk silahkan duduk…

Iya Bu, terima kasih.

Silahkan pilih…Lia mau duduk dimana

Di sini saja Bu.

Bagaimana sudah nyaman duduknya?

Sudah Bu terimakasih

Lia kok pakai jaket? Apakah Lia sakit?

Oh, tidak Bu. Hanya saya merasa agak kedinginan.

Memang cuaca kota Malang akhir-akhir ini agak dingin ya?

Iya Bu apalagi kalau malam. Aduh dingin  betul.

Apakah Lia merasa terganggu akan hal tersebut?

Ah, tentu saja tidak Bu saya kan cinta Malang!

Apakah Lia asli Malang?

Iya Bu

Wah, Arema ya kalau begitu!

Iya dong Bu.

Sama kalau begitu dengan Ibu, ya! … waktu kemari tadi apakah sedang ada pelajaran?

Kebetulan tidak ada Bu. Soalnya Pak Nardinya tidak datang trus sama guru piket disuruh belajar sendiri.

Baiklah kalau begitu…apakah Lia tahu kenapa Ibu memanggil Lia kemari pada hari ini?

Tidak Bu.

Baiklah, pertama-tama Ibu ucapkan terima kasih atas kesediaan Lia untuk hadir di ruangan ini, memenuhi undangan Ibu.

Ah, Ibu.

Begini, Ibu ingin memberi tahu tentang hasil sosiometri yang kita laksanakan pada dua minggu yang lalu tentang teman dekat atau sahabat. Dan ternyata Lia kurang mempunyai teman didalam kelas. Ibu ingin tahu kenapa hal tersebut bisa terjadi?

Mm..gimana ya Bu? Lia nggak tahu.

Lia tidak mau berbagi dengan ibu?

Ya..mau sih..tapi…

Lia…Lia tidak usah ragu dan khawatir bercerita pada Ibu. Apa yang akan kita bicarakan adalah rahasia kita berdua dan tidak akan keluar dari ruangan ini. Kalaupun nanti ada pihak ketiga yang  perlu tahu akan masalah ini, Ibu akan terlebih dulu minta ijin pada Lia. Kalau Lia tidak mengijinkan maka Ibu tidak akan memaksa. Bagaimana?

Baiklah kalau beitu Bu… begini lho Bu. Sebenarnya ya …biasa aja sih. Mereka, teman-teman sekelas maksudnya itukan anak-anak orang kaya sedangkan saya kan anak keluarga biasa aja jadi ya gimana gitu kalau Lia gabung dengan mereka.

 

Apakah hanya perbedaan ekonomi yang membuat Lia dijauhi atau menjauhi teman-teman?

Ya…ngga sih. Di kelas Lia itu kan ada geng-gengan trus mereka ngga pernah negur Lia, jadinya ya ngga enakkan Bu kalo langsung nimbrung? Trus Lia sendiri juga takut dicuekin atau malah diejek, Bu kalau Lia duluan yang nyoba nyapa mereka… jadi ya mending sendiri lha Bu.

 

 Baiklah, dari sedikit pembicaraan kita tadi Ibu menyimpulkan bahwa Lia memang kurang mempunyai teman di kelas, memang pada awalnya karena adanya perbedaan ekonomi yang menyebabkan Lia bersikap menjauh ya, dan Lia lebih memilih diam daripada berusaha menyeberangi jurang itu. Benar begitu?

Iya, Bu.

Apa yang Lia rasakan dari perbuatan ‘diam’ Lia?

Ya..ngga dapet apa-apa sih Bu. Kadang-kadang aku ngerasa kesepian juga sih. Tapi gimana ya Bu…ntar kalo Lia nyapa lalu dicuekin kan ya… gimana? Lagian siapa sih yang mau dicuekin?

 

Ya…Ibu bisa memahami perasaan Lia. Memang tidak semua orang mau diacuhkan oleh orang lain tapi ingin diterima dengan lapang. Tapi Lia telah menyadari bahwa Lia kesepian dan butuh teman. Nah apakah Lia ingin ada perubahan dalam pergaulan Lia selama ini?

Ya tentu saja Lia ingin berubah Bu. Tapi Lia takut untuk memulainya…ntar gimana itu…kalau mereka ngga mulai nyapa dulu gimana?

Lia telah menyatakan mau untuk berubah tapi takut untuk memulainya dan ingin mereka dulu yang menyapa.

 Iya Bu

 

Sebelum kita lanjutkan pembicaraan kita, Ibu ingin menyampaikan bahwa nanti segala keputusan yang akan diambil ada ditangan Lia, Ibu disini hanya membantu untuk mengarahkan saja. Bagaimana?

Iya,Bu.

 

Lalu untuk pertemuan kita kali ini, kita kan berbicara selama 30 menit mendatang. Sebab tentunya Lia harus mengikuti pelajaran berikutnya kan?

Iya, baiklah Bu.

 

Tadi Lia telah menyatakan mau untuk berubah tapi takut untuk memulainya

 dan ingin mereka dulu yang menyapa.

Jadi yang menjadi masalah sebenarnya adalah ketakutan Lia untuk memulai. Apakah Lia sendiri sudah pernah mencoba melakukan suatu hal untuk membuktikan ketakutan Lia?

Maksudnya?

 

Apakah Lia sudah pernah mencoba menyapa mereka?

Belum pernah sih bu. Ya…selain takut dicuekin Lia juga malas aja soalnya Bu terkadang mereka nyapa Lia sih tapi Cuma waktu ulangan aja, jadi sepertinya Lia itu Cuma dimanfaatin gitu…siapa sih yang mau…?

 

Ibu memahami betul perasaan Lia. Meskipun demikian apakah Lia tetap beranggapan kalau Lia tidak butuh teman?

Ya…kadang-kadang aku juga pengin Bu gabung dengan mereka, main kesana-kemari, bolos, jalan-jalan ya menikmati masa remaja aku gitu Bu. Soalnya selama ini kan aku jalannya lurus-lurus aja tapi…

 

Kalau Lia mempunyai keinginan seperti itu, bagaimana caranya agar terlaksana?

Ngga…nggga tahu Bu

 

Baiklah, Lia takut berteman sebab takut untuk dicuekin tetapi Lia belum pernah membuktikan ketakutan Lia tersebut karena tidak tahu bagaimana caranya dan Lia juga merasa dimanfaatkan. Tetapi Lia tetap ingin berubah.

Lia…perubahan bisa berasal disebabkan dari luar dan dari dalam. Perubahan dari luar itu dari lingkungan Lia dalam hal ini teman-teman Lia sedangkan perubahan dari dalam adalah perubahan yang berasal dari dalam diri Lia sendiri. Sekarang menurut Lia kalau yang harus berubah itu lingkungan Lia atau teman-teman Lia apakah itu mungkin?

Ya…ngga mungkin Bu.

 

Bagus sekali Lia sudah menyadari hal tersebut, sebab jumlah mereka yang banyak juga berarti bayak pribadi yang berbeda-beda bukan?

Iya Bu.

 

Jadi yang memang harus berubah itu siapa?

Ya…Lia sendiri Bu.

 

Bagus sekali. Akhirnya Lia selain ingin berubah Lia juga menyadari bahwa yang harus berubah itu diri Lia sendiri bukan orang lain. Sekarang apa yang akan dilakukan Lia setelah menyadari hal-hal tersebut?

Apa Bu ya… mungkin aku akan mulai nyapa mereka ya kalau dicuekin ya udah tapi aku kan udah nyoba.

 

Ya bagus sekali. Lalu apa lagi?

Apa ya…mungkin aku akan tanya-tanya mereka tentang tugas lalu main ke rumah mereka trus kerja kelompok

 

Baik sekali, nah apakah masih ada?

Nggak Bu. Aku udah ngga ada ide.

 

Baiklah, sekarang kita bahas satu-persatu rencana yang akan Lia lakukan. Rencana yang pertama yaitu akan mencoba menyapa mereka, apakah Lia  bisa mengemukakan pada ibu apa kebaikan dan kekurangannya?

Mmm… kalau kebaikannya… ya Lia jadi tahu apakah mereka akan menerima Lia atau menolak Lia lalu keburukannya ya…kalau benar Lia dicuekin ya lia pasti sakit aja tapi nggak papa Bu, namanya juga resiko.

 

Bagus sekali Lia sudah bisa menyebutkan kebaikan dan keburukannya, sekarang bagaimana dengan rencana yang ke dua?

Tentang tanya-tanya tugas ke teman itu ya kebaikannya sih mungkin Lia bisa dengan mereka tapi kebalikannya Lia takut mereka malah ngejauhin Lia soalnya Lia kan nurut mereka pinter gitu …

 

Bagus sekali Lia menyadari bahwa memang kalau nyoba tanya tugas ke mereka bukannya malah dekat tapi jauh soalnya Lia kan rangking dua ya di kelas jadi nggak mungkin Lia tanya…jadi apakah Lia akan tetap melaksanakan rencana yang kedua?

Ndak deh…daripada malah runyam nanti.

 

Sekarang bagaimana dengan rencana yang ketiga, Lia akan ke rumah salah satu teman Lia yang cukup dekat hubungannya baik dengan Lia maupun dengan teman-teman Lia yang lain?

Oh…kalau itu akan segera Lia lakukan Bu. Kebaikannya Lia akan menjadi dekat dan kerugiannya ngga ada soalnya Lia udah pasti diterima soalnya kami udah cukup dekat kok Bu.

 

Kalau dengan rencana yang keempat dengan belajar kelompok?

Kebaikannya sih ya Lia ngga akan dimanfatin gitu aja tapi mereka juga bisa belajar sendiri dan kerugiannya juga pasti ngga ada … tapi mungkin terlalu cepat ya Bu.

 

Bagus sekali, Lia sudah  mengetahui kebaikan dan kelemahan dari rencana yang keempat. Dan Lia juga telah menyadari kalau waktu yang terlalu dini untuk melakukan rencana ini.

Baik kita telah membicarakan satu-persatu dari keempat rencana yang akan Lia lakukan. Ternyata dari keempat rencana tersebut hanya dua rencana yang akan Lia lakukan, Lia bisa menyebutkannya?

Yang pertama Lia akan menyoba menyapa mereka dulu dan yang kedua Lia akan  mencoba main ke rumah teman Lia yang kebetulan rumahnya

 dekat Bu.

 

Lalu Lia akan memulai melaksanakan rencana-rencana Lia kapan?

Ya…secepatnya Bu.

 

Baiklah, sebagai pengingat agar Lia tidak lupa akan rencana dan kesanggupan  Lia , Ibu akan menulis rencana-rencana Lia tadi di kertas ini dan Ibu minta Lia untuk tanda tangan di sini…

Baik Bu.

 

Lia kapan kita akan ketemu lagi untuk membahas perkembangannya?

Dua minggu lagi Bu, waktunya sama saja.

 

Baiklah, untuk itu pertemuan kita kali ini selesai dan ibu doakan agar Lia bisa berhasil dalam melaksanakan rencana-rencana Lia.

Baik Bu terima kasih. Selamat pagi.

Selamat pagi Lia.

 

Penciptaan Hubungan Baik

Openning

 

 penerimaan klien

 

Acceptance

 

 

 

 

 

 

 

Topik netral

 

 

Lead khusus

 

 

 

Lead khusus

 

 

 

Acceptance + lead khusus

 

 

 

 

 

Lead

 

 

Penghargaan akan kehadiran klien

 

 

 

Identifikasi prilaku saat ini

 

 

 

Lead

 

 

 

 

 

Asas kerahasiaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Eksplorasi masalah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Summary bagian

 

 

 

 

Klarifikasi

 

 

 

Penilaian prilaku saat ini

 

 

 

 

 

Acceptance

+

Reasurance

 

 

Konfrontasi

 

 

 

 

 

 

Restatement

 

 

 

Role limit

 

 

 

 

 

 

Time limit

 

 

 

 

 

Summary

 

 

 

 

 

Konfrontasi

 

 

 

Lead

 

 

 

 

 

 

 

 

Acceptance

Konfrontasi

 

 

 

 

 

 

 

 

Lead

 

 

 

Summary

 

 

 

 

Pengubahan kognisi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Reinforcement

 

 

 

 

 

 

 

 

Reinforcement

 

 

 

 

 

 

Pengembangan prilaku bertanggung jawab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

penilaian keterkelolaan rencana

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Reinforce

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Reinforcemant

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lead khusus

 

 

 

 

 

 

 

Lead khusus

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Summary bagian

(kolaborasi)

 

 

 

 

 

 

Komitmen

 

 

 

Lead

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Terminasi

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

ANALISIS DAN BAHASAN

 

A.       Analisis

Pada tahap analisis ini akan dikemukakan tercapainya tujuan konseling dan kesenjangan antara tuntutan teori dengan praktek atau hambatan-hambatan yang ditemui selama proses konseling berlangsung.

Dalam membantu masalah klien, praktikan menggunakan ancangan Konseling Realita sebab masalah yang praktikan tangani berkaitan dengan hal prilaku klien pada saat ini. Tujuan umum konseling realita adalah klien membuat keputusan untuk menyelesaikan masalahnya.

Pada umumnya kegiatan konseling telah berjalan sesuai dengan prosedur ancangan konseling realita walau dalam tiap tahap masih terdapat kekurangan.

Tujuan dari tahap pertama yakni penciptaan hubungan baik adalah untuk membangun kepercayaan dan keterlibatan klien dalam konseling. Glasser menekankan keterampilan untuk dapat menggunakan ungkapan pribadi saya, kami, dan kita. Praktikan tidak menemui hambatan pada tahap ini sebab klien termasuk klien yang terbuka dan mau segera terlibat dalam proses konseling.

Tahap kedua yakni tahap identifikasi prilaku, klien pada awalnya ragu-ragu tetapi pada akhirnya klien bisa dengan lancar menceritakan apa yang menjadi beban baginya.

Pada tahap ketiga yaitu penilaian prilaku saat ini, klien akhirnya menyadari bahwa apa yang telah klien selama ini perbuat tidak ada manfaatnya dan menginginkan adanya perubahan.

Demikian pula pada tahap keempat yaitu pengembangan rencana tingkah laku yang bertanggung jawab sampai pada tahap terminasi, semua langkah tersebut bisa dilakukan  dengan baik oleh klien bersama praktikan. Hanya saja praktikan masih merasa canggung dalam melakukan kontrak.

Hambatan-hambatan yang ditemui oleh praktikan selama proses konseling adalah setting konseling yang kurang mendukung, waktu konseling yang sering terputus sebab praktikan diajak berbincang dengan anggota keluarga klien yang lain.

 

B.        Bahasan

Konseling

…adalah hubungan timbal balik di antara dua orang individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai atau mewujudkan pemahaman tentang dirinya sendiri dalam kaitannya dengan masalah atau kesulitan yang dihadapi pada saat ini dan pada waktu mendatang… (Sukardi, 1988: 168)

 

 

Konseling realita mengidealkan tingkahlaku sebagai individu yang tercukupi kebutuhannya sebagai individu yang tercukupi kebutuhannya akan cinta dan harga diri. Setiap orang belajar untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yang pada gilirannya akan mengembangkan tingkahlaku yang normal yakni yang bertanggungjawab dan berorientasi pada realita serta mengidentifikasi diri sebagai individu yang berhasil atau sukses. Identitas sukses mengacu pada individu yang melihat dirinya sebagai orang yang berkemampuan, cakap, dan berguna juga memiliki kekuatan untuk mengelola lingkungannya  dan yakin akan kehidupannya sendiri. Sedangkan identitas gagal menunjuk pada individu yang tidak dapat mengembangkan kehidupan personalnya yang dekat dengan orang lain, tidak dapat bertindak secara tanggungjawab, merasa tidak berdaya, tidak punya harapan dan merasa tidak berharga. ( Rosjidan 1994:43)

Dengan dasar-dasar tersebut di atas praktikan menggunakan ancangan realita untuk membantu klien dalam memecahkan masalahnya.

Agar konseling berjalan dengan baik perlu didukung oleh beberapa konponen misalnya  selain personel adalah lingkungan fisik, waktu dan orientasi professional (Gunawan 1992: 133)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kegiatan layanan konseling dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam konseling realita telah dilakukan oleh praktikan dan tujuan konseling pun telah tercapai.

Hambatan yang ada dikarenakan lingkungan fisik yang kurang mendukung dan ketrampilan komunikasi yang kurang.

B.  Saran

Untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam prose konseling  maka diperlukan suatu keahlian, keterampilan serta pengetahuan dan fasilitas yang menunjang proses kelancaran konseling itu sendiri.

Adapun saran praktikan adalah:

1.      Dalam pelaksanaan usaha bantuan hendaknya dilakukan dengan intensif.

2.      Praktikan perlu melengkapi diri dengan berbagai Ketrampilan Dasar Komunikasi untuk mendukung/mempermudah menimbulkan rasa kepercayaan dan keterbukaan klien.

3.      Kepekaan dan rasa empati perlu ada dalam menangani masalah klien agar data yang digali bisa lebih luas.

4.      Hindari berprasangka terhadap klien dalam proses pemberian bantuan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Fauzan, Lutfi. 1991. Modul Pendekatan Ancangan Konseling Behavior dalam Rosjidan, (etc), Malang: Jurusan BKP, FIP Universitas Negeri Malang

 

Gunawan, Yusuf. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling, Jakarta. PT: Gramedia

.

Jumhur, Surya. Moh. 1975.  Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung, CV: Ilmu.

 

Konvensi Nasional Bimbingan ke I, 17 Desember 1975. Kode Etika Jabatan Konselor. Malang: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Malang.

 

Sukardi, Dewa Ketut. 1988. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Bina Aksara

 

Petunjuk Pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan. 2000/2001. Malang: Universitas Negeri Malang. UPT Program Pengalaman Lapangan

 

1 comment:

  1. Lucky Club Casino Site
    Lucky Club is the place to meet some amazing players. luckyclub Get a taste of the world of Lucky club online today. With a generous welcome bonus,  Rating: 7/10 · ‎Review by LuckyClub.com

    ReplyDelete