BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Bimbingan konseling pada dasarnya bertujuan untuk membantu siswa
mencapai perkembangan yang optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai makhluk
sosial. Sesuai dengan pernyataan di atas konselor sebagai petugas bimbingan
yang ada di sekolah mempunyai tugas memberikan pelayanan dan membantu siswa
agar dapat mengembangkan potensinya.
Salah satu
bentuk layanan yang diberikan kepada siswa adalah layanan konseling, yaitu
suatu layanan yang diberikan pada siswa untuk memecahkan masalah yang tengah
dihadapinya secara face to face (tatap muka). Namun konseling juga
membantu individu mengajarkan ketrampilan-ketrampilan tersebut, sehingga
diharapkan siswa nantinya mampu menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan orang
lain.
Ancangan konseling yang dipilih oleh praktikan untuk membantu klien
adalah pendekatan konseling realita. Pendekatan ini digunakan berdasarkan
paparan atau uraian klien mengenai permasalahan yang dialaminya.
B. Konfidensial
Untuk mengenal klien secara lengkap dan mendalam, konselor perlu
mengumpulkan berbagai data atau keterangan secara komprehensif, sehingga latar
belakang klien dan penyebab dari permasalahan dapat terungkap.
Berkaitan dengan data yang
telah terkumpul tersebut, konselor harus bertanggung jawab untuk menjaga dan menyimpan sehingga kerahasiaaannya
terjamin. Dalam hal ini kode etik jabatan konselor merupakan landasan yang kuat
sebagai pedoman untuk menjaga kerahasiaan.
Seperti yang tercantum dalam kode etik jabatan konselor yang
telah mendapatkan pengesahan dari
Sidang Pleno Konvensi Nasional Bimbingan
I di Malang pada tanggal 17 Desember 1975, Bab III, Sub Bab: Kegiatan
professional, butir 1.1. yang berbunyi:
“Catatan-catatan
tentang diri klien yang meliputi hasil wawancara, testing,
surat menyurat, rekaman, dan data lain, semuanya merupakan informasi
yang bersifat rahasia dan hanya boleh
untuk kepentingan kien. Data tersebut dapat digunakan untuk keperluan riset
atau pendidikan calon konselor asalkan identitas klien dirahasiakan”.
Demikian pula yang terdapat dalam ketentuan kode etik jabatan
konselor pada nomor 1.4 yang berbunyi:
“Adalah kewajiban konselor untuk memegang
kerahasiaan klien. Kewajiban ini berlaku walaupun dia tidak lagi berdinas
sebagai konselor.”
Dengan alasan tersebut di
atas maka dalam laporan ini ada data-data yang sengaja ditulis fiktif
(samaran), terutama yang berkaitan dengan identitas klien. Hal ini dimaksudkan
agar identitas klien yang asli benar-benar tidak diketahui oleh orang lain yang
tidak berkepentingan.
C.
Identitas Klien
1.
Proses penemuan klien
Sebelum konseling dilakukan,
praktikan mengidentifikasi klien yang bermasalah baik dengan observasi maupun
dengan menganalisa data-data yang telah terkumpul.
Dari observasi diketahui klien sering
datang terlambat ke sekolah dan sering tidak masuk, duduk di deretan belakang
dan klien tidak banyak bicara, intensitas komunikasi dengan teman-teman
sebangku tidak terlalu sering.
Sedangkan dari hasil analisa
data-data yang telah terkumpul yaitu : DCM
diketahui bahwa jumlah item yang dipilih klien cukup banyak, angket study habits diketahui bahwa cara
belajar klien kurang efektif dan dari data sosiometri
dapat diidentifikasi bahwa klien termasuk siswa yang terisolir karena tidak ada
yang memilih klien.
Akhirnya dari hasil observasi dan
analisis data-data yang terkumpul praktikan melakukan konseling. Konseling
dilakukan di ruang konseling pada pagi hari tanggal 1 Juni 2004 selama 60
menit. Kegiatan ini ditunjang klien yang datang sendiri sebelum dipanggil oleh
praktikan.
2.
Identitas klien
a.
Identitas klien
·
Nama lengkap : Yudi Saputra (fiktif)
·
Nama panggilan : Yudi
·
Jenis kelamin : Laki-laki
·
Tempat/tgl lahir : Malang, 9 Mei 1984
·
Agama : Islam
·
Alamat : Jl. Araya Megah 15 Malang (fiktif)
Keadaan jasmani
·
Tinggi badan : 165 cm
·
Berat badan : 49 kg
·
Golongan darah : A
·
Warna kulit : Sawo matang
·
Warna rambut : Hitam
·
Bentuk muka : Bulat telur
Keadaan kesehatan
·
Penglihatan : Baik
·
Pendengaran : Baik
·
Pembicaraan : Baik, lancar
·
Penyakit yang pernah diderita: -
Keadaan keluarga
Ayah
·
Nama : Andi (fiktif)
·
Pekerjaan : Swasta
·
Pendidikan : STM
·
Agama : Islam
·
Alamat : Jl. Araya Megah 15 Malang (fiktif)
Ibu
·
Nama : Indah Dwi Puspita (fiktif)
·
Pekerjaan : Swasta
·
Pendidikan : SMU
·
Agama : Islam
·
Alamat : Jl.Araya Megah 15 Malang (fiktif)
Saudara-saudara klien
·
Klien mempunyai satu adik
perempuan yang masih kelas dua SMP.
Keadaan sosial keluarga
·
Klien berasal dari dari
keluarga yang keadaan ekonominya sedang.
3. Ancangan
konseling
Konseling realita pada hakekatnya menentang pendekatan lain yang
memperlakukan klien sebagai individu yang sakit. Menurut pendekatan ini setiap
manusi memiliki kebutuhan psikologis tunggal yang disebut identitas. Dalam
merumuskan identitas, orang lain memerankan peranan penting dalam membantu
melihat diri sendiri sebagai orang sukses atau orang yang gagal.
a. Pandangan tentang hakekat manusia
1)
Manusia adalah makhluk rasional
Manusia pada dasarnya adalah makhlur
rasional oleh karena itu pola tingkah laku individu termasuk klien lebih banyak
dipengaruhi oleh pola pikir individu tersebut dan bukan oleh aspek-aspek
kepribadian lainnya.
2)
Manusia memiliki potensi dan
dorongan untuk belajar dan tumbuh
Setiap manusia mempunyai kapasitas
untuk dapat menemukan dan menggunakan potensinya untuk tumbuh dan belajar
secara berkelanjutan. Karena itu manusia dipandang mampu mengambil keputusan
bagi dirinya sendiri yang disebut self-determining.
3)
Manusia memiliki kebutuhan
dasar
Setiap manusia memiliki kebutuhan
dasar yang bersifat fisiologis maupun psikologis dan kebutuhan tersebut harus
dipenuhi.
4)
Manusia memerlukaan hubungan
dengan orang lain
Pemenuhan kebutuhan dasar memerlukan
keterlibatan dengan orang lain. Keterlibatan ini diperlukan individu sejak
dini.
5)
Manusia memiliki motivasi dasar
untuk mendapatkan identitas diri yang sukses
Identitas sukses mengacu pada
individu yang melihat dirinya sebagai orang yang berkemampuan, cakap, dan
berguna juga memiliki kekuatan untuk mengelola lingkungannya dan yakin akan kehidupannya sendiri.
Sedangkan identitas gagal menunjuk pada individu yang tidak dapat mengembangkan
kehidupan personalnya yang dekat dengan orang lain, tidak dapat bertindak
secara tanggungjawab, merasa tidak berdaya, tidak punya harapan dan merasa tidak
berharga.
6)
Dalam memenuhi kebutuhannya
manusia terikat pada 3R yaitu: Responbility, Reality, dan Right
b.
Tujuan konseling
Adapun yang menjadi tujuan konseling
realita adalah:
1)
Membantu klien menjadi individu
yang bertanggungjawab, yaitu dapat memenuhi kebutuhan dasarnya tanpa menganggu
atau merugikan orang lain.
2)
Membantu individu mencapai
otonomi, yaitu keadaan kematangan yang menyebabkan orang mampu melepaskan
dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan sendiri.
3)
Membantu individu dalam
mengartikan dan mempelajari tujuan-tujuan hidup mereka.
4)
Membantu individu belajar
membuat keputusan nilai teantang prilaku mereka dalam memusatkan rencana
tindakan untuk berubah.
- Tahap-tahap konseling
1)
Penciptaan hubungan baik.
Pada
tahap ini konselor membina hubungan baik bagi terciptanya suasana rapport
dengan cara mengkomunikasikan perhatian, penerimaan, penghayatan dan pemahaman
klien. Dalam tahap ini pembicaraan mengenai segala sesuatu yang diminati oleh
klien. Pembicaraan ini akan menyenangkan klien dan merupakan cara yang baik
untuk membantu klien segera terlibat dalam hubungan konseling.
2)
Identifikasi prilaku saat ini.
Pada tahap ini konselor membantu
klien mengenali tingkah lakunya saat sekarang, apa yang dilakukan akhir-akhir
ini berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dengan cara yang tidak menghukum.
3)
Penilaian prilaku saat ini.
Setelah klien menyadari apa yang
telah dilakukan akhir-akhir ini kemudian konselor membantu klien untuk menilai
apa tingkah lakunya efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
4)
Pengembangan rencana prilaku
bertanggungjawab.
Berdasarkan penilaian klien terhadap
tingkah lakunya, kemudian konselor membantu klien untuk mengidentifikasi dan
memilih alternatif tindakan yang bertanggungjawab untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Di samping itu konselor juga membantu klien memperjelas pelaksanaan
rencana yang telah dipilihnya.
5)
Komitmen
Pada tahap ini
konselor membantu klien membuat komitmen atas rencana yang telah dipilih dengan
cara membuat perjanjian secara
lisan/tertulis dalam wujud kontrak.
6)
Terminasi
Hubungan konseling memiliki
batasan-batasan oleh karena itu kontrak konseling telah terpenuhi berarti proses konseling berakhir.
BAB II
PROSES KONSELING
Berikut ini, paparan verbatim
pernyataan konselor dan klien, tahap-tahap dan teknik konseling dengan
pendekatan Realita dari W. Glasser. Konseling dilaksanakan pada tanggal 3
September 2002, di ruang konseling
selama 60 menit.
No
|
|
Verbatim
|
Tahap/Teknik
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
|
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
Klien
K’or
|
Selamat pagi …Bu
Selamat pagi oh Lia ayo masuk silahkan duduk…
Iya Bu, terima kasih.
Silahkan pilih…Lia mau duduk dimana
Di sini saja Bu.
Bagaimana sudah nyaman duduknya?
Sudah Bu terimakasih
Lia kok pakai jaket? Apakah Lia sakit?
Oh, tidak Bu. Hanya saya merasa agak kedinginan.
Memang cuaca kota Malang akhir-akhir ini agak dingin ya?
Iya Bu apalagi kalau malam. Aduh dingin betul.
Apakah Lia merasa terganggu akan hal tersebut?
Ah, tentu saja tidak Bu saya kan cinta Malang!
Apakah Lia asli Malang?
Iya Bu
Wah, Arema ya kalau begitu!
Iya dong Bu.
Sama kalau begitu dengan Ibu, ya! … waktu kemari tadi apakah
sedang ada pelajaran?
Kebetulan tidak ada Bu. Soalnya Pak Nardinya tidak datang trus
sama guru piket disuruh belajar sendiri.
Baiklah kalau begitu…apakah Lia tahu kenapa Ibu memanggil Lia
kemari pada hari ini?
Tidak Bu.
Baiklah, pertama-tama Ibu ucapkan terima kasih atas kesediaan Lia
untuk hadir di ruangan ini, memenuhi undangan Ibu.
Ah, Ibu.
Begini, Ibu ingin memberi tahu tentang hasil sosiometri yang kita
laksanakan pada dua minggu yang lalu tentang teman dekat atau sahabat. Dan
ternyata Lia kurang mempunyai teman didalam kelas. Ibu ingin tahu kenapa hal
tersebut bisa terjadi?
Mm..gimana ya Bu? Lia nggak tahu.
Lia tidak mau berbagi dengan ibu?
Ya..mau sih..tapi…
Lia…Lia tidak usah ragu dan khawatir bercerita pada Ibu. Apa yang
akan kita bicarakan adalah rahasia kita berdua dan tidak akan keluar dari
ruangan ini. Kalaupun nanti ada pihak ketiga yang perlu tahu akan masalah ini, Ibu akan
terlebih dulu minta ijin pada Lia. Kalau Lia tidak mengijinkan maka Ibu tidak
akan memaksa. Bagaimana?
Baiklah kalau beitu Bu… begini lho Bu. Sebenarnya ya …biasa aja
sih. Mereka, teman-teman sekelas maksudnya itukan anak-anak orang kaya
sedangkan saya kan anak keluarga biasa aja jadi ya gimana gitu kalau Lia
gabung dengan mereka.
Apakah hanya perbedaan ekonomi yang membuat Lia dijauhi atau
menjauhi teman-teman?
Ya…ngga sih. Di kelas Lia itu kan ada geng-gengan trus mereka ngga
pernah negur Lia, jadinya ya ngga enakkan Bu kalo langsung nimbrung? Trus Lia
sendiri juga takut dicuekin atau malah diejek, Bu kalau Lia duluan yang nyoba
nyapa mereka… jadi ya mending sendiri lha Bu.
Baiklah, dari sedikit
pembicaraan kita tadi Ibu menyimpulkan bahwa Lia memang kurang mempunyai
teman di kelas, memang pada awalnya karena adanya perbedaan ekonomi yang
menyebabkan Lia bersikap menjauh ya, dan Lia lebih memilih diam daripada
berusaha menyeberangi jurang itu. Benar begitu?
Iya, Bu.
Apa yang Lia rasakan dari perbuatan ‘diam’ Lia?
Ya..ngga dapet apa-apa sih Bu. Kadang-kadang aku ngerasa kesepian
juga sih. Tapi gimana ya Bu…ntar kalo Lia nyapa lalu dicuekin kan ya… gimana?
Lagian siapa sih yang mau dicuekin?
Ya…Ibu bisa memahami perasaan Lia. Memang tidak semua orang mau
diacuhkan oleh orang lain tapi ingin diterima dengan lapang. Tapi Lia telah
menyadari bahwa Lia kesepian dan butuh teman. Nah apakah Lia ingin ada
perubahan dalam pergaulan Lia selama ini?
Ya tentu saja Lia ingin berubah Bu. Tapi Lia takut untuk
memulainya…ntar gimana itu…kalau mereka ngga mulai nyapa dulu gimana?
Lia telah menyatakan mau untuk berubah tapi takut untuk memulainya
dan ingin mereka dulu yang menyapa.
Iya Bu
Sebelum kita lanjutkan pembicaraan kita, Ibu ingin menyampaikan
bahwa nanti segala keputusan yang akan diambil ada ditangan Lia, Ibu disini
hanya membantu untuk mengarahkan saja. Bagaimana?
Iya,Bu.
Lalu untuk pertemuan kita kali ini, kita kan berbicara selama 30
menit mendatang. Sebab tentunya Lia harus mengikuti pelajaran berikutnya kan?
Iya, baiklah Bu.
Tadi Lia telah menyatakan mau untuk berubah tapi takut untuk
memulainya
dan ingin mereka dulu yang
menyapa.
Jadi yang menjadi masalah sebenarnya adalah ketakutan Lia untuk
memulai. Apakah Lia sendiri sudah pernah mencoba melakukan suatu hal untuk
membuktikan ketakutan Lia?
Maksudnya?
Apakah Lia sudah pernah mencoba menyapa mereka?
Belum pernah sih bu. Ya…selain takut dicuekin Lia juga malas aja
soalnya Bu terkadang mereka nyapa Lia sih tapi Cuma waktu ulangan aja, jadi
sepertinya Lia itu Cuma dimanfaatin gitu…siapa sih yang mau…?
Ibu memahami betul perasaan Lia. Meskipun demikian apakah Lia
tetap beranggapan kalau Lia tidak butuh teman?
Ya…kadang-kadang aku juga pengin Bu gabung dengan mereka, main
kesana-kemari, bolos, jalan-jalan ya menikmati masa remaja aku gitu Bu.
Soalnya selama ini kan aku jalannya lurus-lurus aja tapi…
Kalau Lia mempunyai keinginan seperti itu, bagaimana caranya agar
terlaksana?
Ngga…nggga tahu Bu
Baiklah, Lia takut berteman sebab takut untuk dicuekin tetapi Lia
belum pernah membuktikan ketakutan Lia tersebut karena tidak tahu bagaimana
caranya dan Lia juga merasa dimanfaatkan. Tetapi Lia tetap ingin berubah.
Lia…perubahan bisa berasal disebabkan dari luar dan dari dalam.
Perubahan dari luar itu dari lingkungan Lia dalam hal ini teman-teman Lia
sedangkan perubahan dari dalam adalah perubahan yang berasal dari dalam diri
Lia sendiri. Sekarang menurut Lia kalau yang harus berubah itu lingkungan Lia
atau teman-teman Lia apakah itu mungkin?
Ya…ngga mungkin Bu.
Bagus sekali Lia sudah menyadari hal tersebut, sebab jumlah mereka
yang banyak juga berarti bayak pribadi yang berbeda-beda bukan?
Iya Bu.
Jadi yang memang harus berubah itu siapa?
Ya…Lia sendiri Bu.
Bagus sekali. Akhirnya Lia selain ingin berubah Lia juga menyadari
bahwa yang harus berubah itu diri Lia sendiri bukan orang lain. Sekarang apa
yang akan dilakukan Lia setelah menyadari hal-hal tersebut?
Apa Bu ya… mungkin aku akan mulai nyapa mereka ya kalau dicuekin
ya udah tapi aku kan udah nyoba.
Ya bagus sekali. Lalu apa lagi?
Apa ya…mungkin aku akan tanya-tanya mereka tentang tugas lalu main
ke rumah mereka trus kerja kelompok
Baik sekali, nah apakah masih ada?
Nggak Bu. Aku udah ngga ada ide.
Baiklah, sekarang kita bahas satu-persatu rencana yang akan Lia
lakukan. Rencana yang pertama yaitu akan mencoba menyapa mereka, apakah
Lia bisa mengemukakan pada ibu apa
kebaikan dan kekurangannya?
Mmm… kalau kebaikannya… ya Lia jadi tahu apakah mereka akan
menerima Lia atau menolak Lia lalu keburukannya ya…kalau benar Lia dicuekin
ya lia pasti sakit aja tapi nggak papa Bu, namanya juga resiko.
Bagus sekali Lia sudah bisa menyebutkan kebaikan dan keburukannya,
sekarang bagaimana dengan rencana yang ke dua?
Tentang tanya-tanya tugas ke teman itu ya kebaikannya sih mungkin
Lia bisa dengan mereka tapi kebalikannya Lia takut mereka malah ngejauhin Lia
soalnya Lia kan nurut mereka pinter gitu …
Bagus sekali Lia menyadari bahwa memang kalau nyoba tanya tugas ke
mereka bukannya malah dekat tapi jauh soalnya Lia kan rangking dua ya di
kelas jadi nggak mungkin Lia tanya…jadi apakah Lia akan tetap melaksanakan
rencana yang kedua?
Ndak deh…daripada malah runyam nanti.
Sekarang bagaimana dengan rencana yang ketiga, Lia akan ke rumah
salah satu teman Lia yang cukup dekat hubungannya baik dengan Lia maupun
dengan teman-teman Lia yang lain?
Oh…kalau itu akan segera Lia lakukan Bu. Kebaikannya Lia akan
menjadi dekat dan kerugiannya ngga ada soalnya Lia udah pasti diterima
soalnya kami udah cukup dekat kok Bu.
Kalau dengan rencana yang keempat dengan belajar kelompok?
Kebaikannya sih ya Lia ngga akan dimanfatin gitu aja tapi mereka
juga bisa belajar sendiri dan kerugiannya juga pasti ngga ada … tapi mungkin
terlalu cepat ya Bu.
Bagus sekali, Lia sudah
mengetahui kebaikan dan kelemahan dari rencana yang keempat. Dan Lia
juga telah menyadari kalau waktu yang terlalu dini untuk melakukan rencana
ini.
Baik kita telah membicarakan satu-persatu dari keempat rencana
yang akan Lia lakukan. Ternyata dari keempat rencana tersebut hanya dua
rencana yang akan Lia lakukan, Lia bisa menyebutkannya?
Yang pertama Lia akan menyoba menyapa mereka dulu dan yang kedua
Lia akan mencoba main ke rumah teman
Lia yang kebetulan rumahnya
dekat Bu.
Lalu Lia akan memulai melaksanakan rencana-rencana Lia kapan?
Ya…secepatnya Bu.
Baiklah, sebagai pengingat agar Lia tidak lupa akan rencana dan
kesanggupan Lia , Ibu akan menulis
rencana-rencana Lia tadi di kertas ini dan Ibu minta Lia untuk tanda tangan
di sini…
Baik Bu.
Lia kapan kita akan ketemu lagi untuk membahas perkembangannya?
Dua minggu lagi Bu, waktunya sama saja.
Baiklah, untuk itu pertemuan kita kali ini selesai dan ibu doakan
agar Lia bisa berhasil dalam melaksanakan rencana-rencana Lia.
Baik Bu terima kasih. Selamat pagi.
Selamat pagi Lia.
|
Penciptaan
Hubungan Baik
Openning
penerimaan klien
Acceptance
Topik netral
Lead khusus
Lead khusus
Acceptance + lead khusus
Lead
Penghargaan
akan kehadiran klien
Identifikasi
prilaku saat ini
Lead
Asas kerahasiaan
Eksplorasi masalah
Summary bagian
Klarifikasi
Penilaian prilaku saat ini
Acceptance
+
Reasurance
Konfrontasi
Restatement
Role limit
Time limit
Summary
Konfrontasi
Lead
Acceptance
Konfrontasi
Lead
Summary
Pengubahan
kognisi
Reinforcement
Reinforcement
Pengembangan
prilaku bertanggung jawab
penilaian
keterkelolaan rencana
Reinforce
Reinforcemant
Lead khusus
Lead khusus
Summary bagian
(kolaborasi)
Komitmen
Lead
Terminasi
|
BAB III
ANALISIS DAN BAHASAN
A.
Analisis
Pada tahap analisis ini akan dikemukakan tercapainya tujuan
konseling dan kesenjangan antara tuntutan teori dengan praktek atau
hambatan-hambatan yang ditemui selama proses konseling berlangsung.
Dalam membantu masalah klien, praktikan menggunakan ancangan Konseling
Realita sebab masalah yang praktikan tangani berkaitan dengan hal prilaku
klien pada saat ini. Tujuan umum konseling realita adalah klien membuat
keputusan untuk menyelesaikan masalahnya.
Pada umumnya kegiatan konseling telah berjalan sesuai dengan
prosedur ancangan konseling realita walau dalam tiap tahap masih terdapat
kekurangan.
Tujuan dari tahap pertama yakni penciptaan hubungan baik adalah
untuk membangun kepercayaan dan keterlibatan klien dalam konseling. Glasser
menekankan keterampilan untuk dapat menggunakan ungkapan pribadi saya, kami,
dan kita. Praktikan tidak menemui hambatan pada tahap ini sebab klien termasuk
klien yang terbuka dan mau segera terlibat dalam proses konseling.
Tahap kedua yakni tahap identifikasi prilaku, klien pada awalnya
ragu-ragu tetapi pada akhirnya klien bisa dengan lancar menceritakan apa yang
menjadi beban baginya.
Pada tahap ketiga yaitu penilaian prilaku saat ini, klien akhirnya
menyadari bahwa apa yang telah klien selama ini perbuat tidak ada manfaatnya
dan menginginkan adanya perubahan.
Demikian pula pada tahap keempat yaitu pengembangan rencana tingkah
laku yang bertanggung jawab sampai pada tahap terminasi, semua langkah tersebut
bisa dilakukan dengan baik oleh klien
bersama praktikan. Hanya saja praktikan masih merasa canggung dalam melakukan
kontrak.
Hambatan-hambatan yang ditemui oleh praktikan selama proses
konseling adalah setting konseling yang kurang mendukung, waktu konseling yang
sering terputus sebab praktikan diajak berbincang dengan anggota keluarga klien
yang lain.
B.
Bahasan
Konseling
…adalah hubungan timbal balik di antara
dua orang individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain
(klien) untuk mencapai atau mewujudkan pemahaman tentang dirinya sendiri dalam
kaitannya dengan masalah atau kesulitan yang dihadapi pada saat ini dan pada
waktu mendatang… (Sukardi, 1988: 168)
Konseling realita mengidealkan tingkahlaku sebagai
individu yang tercukupi kebutuhannya sebagai individu yang tercukupi
kebutuhannya akan cinta dan harga diri. Setiap orang belajar untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, yang pada gilirannya akan mengembangkan tingkahlaku yang
normal yakni yang bertanggungjawab dan berorientasi pada realita serta
mengidentifikasi diri sebagai individu yang berhasil atau sukses. Identitas
sukses mengacu pada individu yang melihat dirinya sebagai orang yang
berkemampuan, cakap, dan berguna juga memiliki kekuatan untuk mengelola
lingkungannya dan yakin akan
kehidupannya sendiri. Sedangkan identitas gagal menunjuk pada individu yang
tidak dapat mengembangkan kehidupan personalnya yang dekat dengan orang lain,
tidak dapat bertindak secara tanggungjawab, merasa tidak berdaya, tidak punya
harapan dan merasa tidak berharga. ( Rosjidan 1994:43)
Dengan dasar-dasar tersebut di atas praktikan menggunakan ancangan
realita untuk membantu klien dalam memecahkan masalahnya.
Agar konseling berjalan dengan baik perlu didukung oleh beberapa
konponen misalnya selain personel adalah
lingkungan fisik, waktu dan orientasi professional (Gunawan 1992: 133)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan layanan konseling dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap
dalam konseling realita telah dilakukan oleh praktikan dan tujuan konseling pun
telah tercapai.
Hambatan yang ada dikarenakan lingkungan fisik yang kurang mendukung
dan ketrampilan komunikasi yang kurang.
B.
Saran
Untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam prose konseling maka diperlukan suatu keahlian, keterampilan
serta pengetahuan dan fasilitas yang menunjang proses kelancaran konseling itu
sendiri.
Adapun
saran praktikan adalah:
1.
Dalam pelaksanaan usaha bantuan
hendaknya dilakukan dengan intensif.
2.
Praktikan perlu melengkapi diri
dengan berbagai Ketrampilan Dasar Komunikasi untuk mendukung/mempermudah
menimbulkan rasa kepercayaan dan keterbukaan klien.
3.
Kepekaan dan rasa empati perlu
ada dalam menangani masalah klien agar data yang digali bisa lebih luas.
4.
Hindari berprasangka terhadap
klien dalam proses pemberian bantuan.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, Lutfi. 1991. Modul Pendekatan
Ancangan Konseling Behavior dalam Rosjidan, (etc), Malang: Jurusan BKP, FIP
Universitas Negeri Malang
Gunawan, Yusuf. 1992. Pengantar
Bimbingan dan Konseling, Jakarta. PT: Gramedia
.
Jumhur, Surya. Moh. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung,
CV: Ilmu.
Konvensi Nasional Bimbingan ke I, 17 Desember 1975. Kode
Etika Jabatan Konselor. Malang: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
FIP IKIP Malang.
Sukardi, Dewa Ketut. 1988. Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: PT. Bina Aksara
Petunjuk Pelaksanaan
Praktek Pengalaman Lapangan. 2000/2001. Malang: Universitas Negeri Malang. UPT Program Pengalaman
Lapangan