BIMBINGAN KLASIKAL DAN KELOMPOK
A. Konsep Dasar Bimbingan Klasikal dan
Bimbingan Kelompok
1.
Pengertian
Layanan Bimbingan Klasikal dan Bimbingan Kelompok.
Bimbingan
klasikal merupakan layanan bimbingan konseling yang dilaksanakan melalui
pertemuan tatap muka langsung di kelas yang memang sengaja dirancang sejak awal
tahun ajaran melalui program semester dan program tahunan. Pendekatan atau
metode layanan menggunakan model instruksional secara klasikal, seperti
ekspositori, diskusi kelompok, permainan simulasi, bermain peran, dan
sebagainya.
Bimbingan
kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada kelompok kecil (5-10)
orang melalui dinamika kelompok. Kelompok kecil ini biasanya memiliki kebutuhan
dan minat yang relative sama guna mengatasi permasalahan dalam mengembangkan
tugas-tugas perkembangan anggota kelompok.
Dari
uraian diatas maka bimbingan klasikal dapat dibedakan dengan bimbingan kelompok
dari segi metode dan strategi dalam mengelola konselinya. Jika bimbingan
klasikal dilaksanakan di kelas, maka bimbingan kelompok dilaksanakan pada suatu
kelompok kecil terbatas (5-10) orang.
2.
Macam-macam
Metode Layanan Bimbingan Klasikal dan Bimbingan Kelompok
Menurut Gazda (dalam
Romlah, 2006) dapat menggunakan metode instruktional dengan menerapkan
konsep-konsep dinamika kelompok. Bagian berikut akan disajikan beberapa contoh
metode bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Romlah (2006). Metode yang oleh
Romlah disebut sebagai teknik bimbingan kelompok ini dapat digunakan dalam
layanan bimbingan klasikal maupun bimbingan kelompok. Metode tersebut yaitu:
a.
Metode
Ekspositori
Ekspositori merupakan metode layanan
melalui proses penyampaian informasi atau penjelasan kepada konseli. Meode ini
dapat melalui tulisan maupun lisan. Metode ini dapat dilaksanakan dalam
bimbingan klasikal maupun bimbingan kelompok.
b.
Metode
Ceramah
Metode ceramah merupakan prosedur layanan bimbingan
dengan cara menyampaikan informasi atau penjelasan secara lisan. Ceramah tepat
digunakan untuk menyampaikan materi yang berupa konsep, fakta maupun
generalisasi. Tujuan bimbingan yang dapat dicapai melalui melalui ceramah lebih
mengarah pada aspek kognitif.
Kelebihan metode ceramah antara lain:
(1) lebih efisien
dibanding dengan teknik lain baik ditinjau dari sisi waktu, fasilitas maupun
biaya,
(2) dalam waktu
bersamaan dapat melayani sejumlah besar konseli (terutama dalam layanan
bimbingan kelompok besar maupun bimbingan klasikal),
(3) mudah dilaksanakan
dibanding dengan teknik lain.
Sedangkan kelemahan
teknik ceramah, antara lain:
(1) konselor sering
monolog,
(2) alur komunikasi
lebih pada satu arah, sehingga membosankan dan tidak menarik;
(3) Konseli hanya
mendengarkan saja sehingga kurang aktif yang dapat berdampak pada rendahnya
penguasaan materi yang disampaikan
(4) menuntut konselor
memiliki keterampilan yang lebih dalam berkomunikasi agar dapat menarik,
seperti keterampilan dalam mengatur intonasi, ritme atau irama suara, cara
pengucapan suara agar jelas
c.
Ekspositori
Tertulis
Ekspositori tertulis
dapat diartikan sebagai cara memberikan pelayanan bimbingan, dengan
menyampaikan informasi secara tertulis. Konselor menyiapkan materi bimbingan
dalam bentuk tertulis dan bahan tersebut dapat dipelajari atau dibaca secara
mandiri oleh para konseli. Media yang bisa digunakan misalnya papan bimbingan,
pamphlet, blog/web, dsb.
Kelebihan ekspositoria
tertulis antara lain: (1) bahan atau materi yang disajikan dapat dibaca ulang
sehingga jika ada hal-hal yang kurang jelas, dapat dibaca kembali; (2) materi
dapat diakses di luar jam tatap muka di kelas, sehingga teknik ini merupakan
alternative bagi sekolah yang tidak memiliki jam tatap muka di kelas. Sementara
kelemahannya antara lain: (1) pada umumnya minat baca konsei masih rendah,
sehingga ada kemungkinan materi tertulis tidak dibaca ; (2) membutuhkan
keterampilan khusus para konselor dalam menyiapkan informasi secara tertulis,
sementara kebiasaan menulispun masih rendah.
d.
Metode
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok
dianggap sebagai jantungnya bimbingan kelompok karena lebih sering digunakan
dalam bimbingan kelompok. Diskusi kelompok adalah suatu proses
perbincangan/percakapan antara beberapa orang dibawah koordinasi seorang
pemimpin guna memahami, memecahkan masalah, memahami diri, mengembangkan
keterampilan komunikasi, serta mengembangkan sikap mandiri.
Bentuk-bentuk diskusi
kelompok antara lain yaitu diskusi brainstorming
atau curah pendapat, diskusi kelompok kecil, diskusi panel, diskusi kelas,
diskusi model jigsaw dan sebagainya.
Kelebihannya
antara lain yaitu:
(1)
konseli menjadi lebih aktif sehingga tujuan layanan bisa lebih efektif;
(2)
dapat melatih keterampilan konseli dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara
lebih efektif;
(3)
konseli juga dapat berlatih menjadi pemimpin, baik melalui perannya sebagai
pemimpin kelompok maupun melalui hasil pengamatannya terhadap pemimpin dan
pengalaman sebagai anggota kelompok. Sedang kelemahannya antara lain:
(1) membutuhkan
waktu yang lebih lama;
(2) membutuhkan
falisitas tempat yang lebih luas dan fasilitas kursi yang mudah
dipindah-pindah;
(3) kemungkinan
diskusi menjadi salah arah, tidak mencapai tujuan yang diharapkan apabila
konselor kurang kontrol terhadap proses kelompok;
(4) kemungkinan
pembicaraan dalam kelompok tidak merata, ada anggota kelompok yang menguasai
pembicaraan, ada yang kurang mendapat kesempatan berbicara.
e. Metode Permainan Peranan (Roleplaying)
Permainan peranan dipandang sebagai
suatu aktivitas di mana individu memerankan suatu situasi yang imajinatif
(pura-pura), bertujuan untuk membantu individu dalam mencapai pemahaman diri,
meningkatkan keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain.
Permainan peran dibagi menjadi 2 jenis
yaitu sosiodrama dan psikodrama. Sosiodrama adalah teknik bermain peran yang
berfungsi pemahaman dan pengembangan, sedangkan psikodrama lebih ditujukan
kepada pengentasan permasalahan tertentu.
Metode permainan peran lebih diarahkan
pada masalah-masalah emotif/perasaan dalam hubungan social konseli.
Metode
sosiodrama mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut. Kelebihan
sosiodrama antara lain:
(1) teknik
yang menyenangkan
(2) konseli
dapat belajar melalui penghayatan secara langsung dari suatu peristiwa,
meskipun peristiwa yang diangkat hanya imajinatif;
(3) konseli
dapat belajar melalui model yang disajikan;
(4) alat
mendiagnosis perilaku konseli.
Sedang
kelemahan sosiodrama antara lain yaitu:
(1)
waktu yang lebih lama;
(2)
menuntut kecermatan dalam mengobservasi para konseli;
(3)
menuntut keterampilan yang lebih dari konselor dalam mengelola kelas
f.
Metode
Permainan Simulasi
Permainan simulasi
merupakan salah satu jenis permainan yang digunakan untuk merefleksikan
situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan nyata. Situasi yang diangkat
dalam permainan dimodifikasi seperti disederhanakan, diambil sebagian ataupun
dikeluarkan dari konteksnya (Adams,1973 dalam Romlah,2006).
Metode permainan simulasi mempunyai
kelebihan, antara lain:
(1) menyenangkan;
(2) konseli dapat belajar melalui
penghayatan secara langsung;
(3) konseli dapat belajar melalui model
yang disajikan.
Sedang kelemahan simulasi antara lain
yaitu:
(1) waktu yang lebih lama;
(2) menuntut kecermatan dalam
mengobservasi para konseli;
(3) menuntut keterampilan yang lebih
dari konselor dalam mengelola kelas
g.
Metode Homeroom
Homeroom
berarti suatu cara dalam mengatur suatu pertemuan kelompok di mana suasana
hubungan antar anggota kelompok penuh dengan kehangatan, keakraban seperti
dalam keluarga yang menyenangkan. Tujuan metode homeroom adalah agar konseli
mau mengungkapkan masalahnya dengan sukarela dalam suasana yang menyenangkan.
Metode ini biasanya dikolaborasikan dengan metode lainnya seperti diskusi
kelompok, permainan peran maupun permainan simulasi.
Metode ini memiliki kelebihan, antara
lain:
(a) kontinyuitas dan kemajuan proses
bimbingan dapat berlangsung dengan membicarakannya dalam suasana yang
menyenangkan
(b) interaksi antar anggota kelompok
dapat dibangun sehingga kohesivitas antar anggota dapat dicapai.
h.
Teknik
Permainan Kelompok
Permainan
kelompok adalah suatu aktivitas yang dapat menimbulkan kesenangan dalam
dinamika kelompok. Esensi dari permainan kelompok bukan terletak pada
permainannya, akan tetapi pada tujuan bimbingan yang ingin dicapai melalui
teknik permainan.
Menurut
Amster (dalam Gazda, 1978) permainan dapat digunakan sebagai alat
untuk:
(1)
mendiagnosis perilaku individu dalam kelompok;
(2)
membangun hubungan baik dengan orang lain;
(3)
sebagai media belajar memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
(4)
membantu anggota kelompok dalam mengungkap perasaan;
(5)
mengatasi tekanan-tekanan melalui mekanisme katarsis dalam proses permainan;
(6) menanamkan kebiasaan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
No comments:
Post a Comment