ASESMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Konsep dasar asesmen dalam Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling sebagai sebuah profesi mensyaratkan para konselor agar benar-benar memahami sasaran dari layanannya. Pemahaman konselor terhadap kondisi konselinya haruslah mendalam dan menyeluruh, yaitu meliputi data diri dan data lingkungannya. Hal ini penting agar program yang akan diberikan kepada konseli benar-benar tepat sasaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam rangka memahami karakeristik konselinya para konselor dapat menggunakan dua teknik dasar pengumpulan data yaitu teknik tes dan teknik non tes. Asesmen teknik tes adalah pengukuran psikologis dengan menggunakan alat tes yang terstandar, seperti: tes kecerdasan, tes bakat, tes minat, dan tes kepribadian. Asesmen teknik non tes adalah teknik asesmen yang tidak baku/terstandar dan sebagian besar merupakan hasil produk pengembangan Guru BK atau Guru BK atau konselor. Asesmen teknik non tes terdiri atas: (1) Other report— observasi, (2) Self report—wawancara, kuesioner, otobiografi, (3) Sosiometri, (4) Daftar Cek Masalah, dan (5) Catatan Kumulatif (Cummulative Records), yang terakhir lazim di sebut himpunan data.
B. Teknik-Teknik Asesmen dalam Bimbingan dan konseling
Teknik asesmen yang dilakukan oleh konselor dilakukan dengan mendalam dan menyeluruh (komprehensif). Rekaman data yang lengkap tentang diri konseli mencakup: identitas diri, keluarga, riwayat kesehatan, riwayat pendidikan, kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, pengalaman dan lingkungan sosial, harapan dan cita-cita, hobi dan kebiasaan, serta masalah-masalah dan kebutuhan.
1) Asesmen Teknik NonTes
a. Teknik Observasi
Teknik observasi sebagai salah satu teknik merekam data tingkah laku individu melalui proses pengamatan oleh orang lain baik langsung dan/atau tidak langsung dalam suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran observable behavior (Cartwright, 1984). Adapun tujuan dari observasi adalah untuk pemahaman individu/konseli, dengan rincian:
(a) diperoleh data perilaku spontan secara natural,
(b) diketahui intensitas perilaku secara detail, dan
(c) diketahui penyebab munculnya perilaku.
Guru BK atau konselor perlu memiliki keterampilan mengobservasi.
Selama mengobservasi seorang observer— Guru BK atau konseor perlu memahami dan terampil memilah-milah perilaku tampak (observable behavior) dan perilaku tidak tampak (unobservable behavior). Upaya mengembangkan keterampilan mengobservasi, terlebih dahulu observer menemukan dan memilah istilah-istilah pada kategori observable behavior dan unobservable behavior untuk setiap bidang bimbingan—belajar, pribadi, sosial, dan karir. Teknik observasi perlu dilengkapi dengan instrumen observasi seperti: Daftar Cek (Checklist), Skala Penilaian (Rating Scale), Catatan Anekdot (Anecdotal Records), dan alat-alat mekanik (mechanical devices).
a) Daftar Cek (Checklist)
Daftar Cek adalah alat rekam observasi memuat sebuah daftar pernyataan tentang aspek-aspek yang mungkin terdapat dalam sebuah situasi, tingkah laku, dan kegiatan (individu/kelompok), misalnya kebiasaan belajar siswa dikelas maupun dirumah, aktvitas siswa selama jam istirahat, dsb.
Berbagai manfaat Daftar Cek untuk kepentingan pemahaman diri konseli di antaranya adalah (a) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku secara sistematis, (b) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku dalam waktu singkat, (c) mencatat kemunculan perilaku di dalam dan/atau di luar sekolah, serta (d) mencatat kemunculan perilaku individu dan kelompok sekaligus.
Pengadministrasian pedoman Daftar Cek dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis hasil.
Tahap persiapan, terdiri dari:
i. Penentuan topik, dimulai dari menentukan topik yang relevan, misalnya kebiasaan belajar siswa pada saat jam kosong’
ii. Penentuan variabel. Variabel pertama adalah situasi jam kosong dan pada saat guru tidak ada di kelas. Variabel kedua adalah kebiasaan belajar siswa di kelas.
iii. Penentuan indikator dengan dua kategori yaitu kategori “Ya” sebagai petunjuk kemunculan sub-sub variabel atau pernyataan. Selanjutnya kategori “Tidak” merupakan ketidakmunculan sub-sub variabel yang mungkin atau diperkirakan terjadi pada kebiasaan perilaku subyek/observee. Biasanya petunjuk “Tidak” dapat saja tidak disertakan atau diabaikan dalam pedoman Daftar Cek.
iv. Penentuan prediktor yaitu menetapkan kreterium terhadap frekuensi kemunculan perilaku. Kreterium ini dibuat berdasarkan kajian teori tentang kebiasaan belajar sebagaimana tertera pada topik. Prediktor ini sekaligus digunakan sebagai acuan untuk interpretasi data.
v. Penyusunan pernyataan/item dengan merumuskan pernyataan/item sub-sub variabel sebagai ejawantahan aspek perilaku yang diobservasi, khususnya kebiasaan belajar siswa di kelas pada situasi jam kosong atau saat guru tidak ada di kelas.
vi. Ada empat (4) kreterium yang digunakan untuk mengkonversi data atau rubrik, sebagaimana tercantum pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Rubrik
Interval Persentase (%)
|
Klasifikasi
|
Interpretasi
|
76 – 100
|
Sangat Tinggi
|
Sangat rajin belajar pada jam kosong dan saat
|
guru tidak ada di kelas
| ||
51 – 75
|
Cukup Tinggi
|
Rajin belajar pada jam kosong dan saat guru
|
tidak ada di kelas
| ||
26 – 50
|
Sedang
|
Cukup rajin belajar pada jam kosong dan saat
|
guru tidak ada di kelas
| ||
1 – 25
|
Rendah
|
Tidak rajin/malas belajar pada jam kosong
|
dan saat guru tidak ada di kelas
| ||
Tahap Pelaksanaan/Implementasi Pedoman Daftar Cek
Pada tahap pelaksanaan ini terlebih dahulu observer menyiapkan pedoman Daftar Cek, selanjutnya observer menempati posisi ‘dekat’ dengan observee kemudian mencatat perilaku observee, pada saat pelaksanaan ini diusahakan agar observee tidak ‘menyadari’ jika dirinya sedang diobservasi.
Tahap Analisis Hasil
Ada lima (5) langkah lazim digunakan pada tahap analisis hasil.
pertama, Menentukan frekuensi observasi (k).
kedua, menentukan N dengan cara mengalikan jumlah item pernyataan (n) dengan k, jadi N = n X k
ketiga adalah menjumlahkan seluruh frekuensi (f).
keempat adalah menghitung persentase (%) dengan rumus p = f/N X 100%.
kelima adalah mengkonversikan hasil persentase dengan rubrik yang dibuat sebelumnya (Cf. tabel 4.1).
b) Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala Penilaian adalah alat rekam observasi yang memuat daftar gejala tingkah laku observable behavior yang dicatat/cek secara berskala. Proses pengamatan dengan Skala Penilaian ini, observer mencatat kemunculan perilaku berdasarkan kategori skala. Jenis skala atau derajat penilaian ada 3 yaitu skala kuantitatif (skala angka), skala kualitatif (skala deskriptif/kata), dan skala grafis (perpaduan skala angka dan kata). Pencatatan gejala perilaku observee dengan Skala Penilaian yang terpenting adalah makna tiap-tiap skala beserta penjabarannya.
Adapun Manfaat skala penilaian adalah (a) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku secara sistematis, (b) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku dalam waktu singkat, (c) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku dalam derajat penilaian, (d) mencatat kemunculan perilaku di dalam dan/atau di luar sekolah, serta (e) mencatat kemunculan perilaku individu dan kelompok sekaligus.
Pengadministrasian observasi dengan pedoman Skala Penilaian dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisis hasil.
Tahap Persiapan, meliputi langkah-langkah berikut:
i. Penentuan topik yang relevan yaitu ‘kebiasaan belajar siswa di rumah’.
ii. Penentuan variabel adalah kebiasaan belajar di rumah. Variabel tersebut diuraikan menjadi sub-sub variabel yaitu situasi rumah, fasilitas pendukung belajar, strategi belajar, pendampingan belajar, waktu belajar, dan tempat belajar. Berdasarkan sub-sub variabel disusun penyataan/item dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan observable behavior.
iii. Penentuan indikator. Langkah ini lebih dahulu menetapkan derajat penilaian/skala, baik skala kuantitatif atau skala kualitatif/deskriptif maupun skala grafis. Derajat penilaian kuantitatif ditetapkan dengan angka 1– 4, demikian derajat penilaian kualitatif/deskriptif dengan pernyataan mulai dari selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah, selanjutnya derajat penilaian grafis dengan penggabungan skala angka dan kata-kata. Pada dasarnya, langkah ini dimaknai sebagai penetapan derajat penilaian atas kemunculan perilaku observee pada suatu kegiatan.
iv. Penentuan prediktor yaitu menetapkan kreterium terhadap frekuensi kemunculan perilaku. Kreterium ini dibuat berdasarkan kajian teori tentang kebiasaan belajar sebagaimana tertera pada topik. Prediktor ini sekaligus digunakan sebagai acuan untuk interpretasi data. Ada empat (4) kreterium yang digunakan untuk mengkonversi data.
v. Penyusunan pernyataan/item dengan merumuskan pernyataan/item berdasar pada penjabaran sub-sub variabel sebagai ejawantahan aspek perilaku yang diobservasi, khususnya kebiasaan belajar siswa di rumah.
Tahap Pelaksanaan/Implementasi
Pada tahap pelaksanaan ini terlebih dahulu observer menyiapkan pedoman Skala Penilaian (Skala Penilaian Kualitatif, Skala Penilaian Kuantitatif, dan Skala Penilaian Grafis), selanjutnya observer menempati posisi ‘dekat’ dengan observee kemudian mencatat perilaku observee, pada saat pelaksanaan ini diusahakan agar observee tidak ‘menyadari’ jika dirinya sedang diobservasi.
Tahap Analisis Hasil
Ada lima (5) langkah yang diperlukan pada tahap analisis hasil dengan Skala Penilaian Kuantitatif.
Langkah pertama, Menghitung jumlah frekuensi observasi (k)
Langkah kedua, menentukan N = n X k X s
Langkah ketiga adalah menjumlahkan seluruh frekuensi kemunculan perilaku (f).
Langkah keempat adalah menghitung persentase dengan rumus p = f/N X 100%
Langkah kelima adalah mengkonversikan hasil persentase dengan tabel konversi yang dibuat sebelumnya (Cf. Tabel konversi)..
c) Catatan Anekdot (Anecdotal Records)
Catatan Anekdot merupakan alat perekam observasi secara berkala terhadap suatu peristiwa atau kejadian penting yang melukiskan perilaku dan kepribadian konseli dalam bentuk pernyataan singkat dan obyektif. Rekaman peristiwa penting itu menggambarkan perilaku tipikal, artinya perilaku keseharian yang terjadi tidak umum, alih-alih khusus. Pencatatan laporan peristiwa penting harus dibedakan antara berita atau fakta dan pendapat (opini) observer. Contoh perilaku anecdotal misalnya, berkelahi, mencuri di sekolah, membolos, dsb.
Menurut bentuknya Catatan Anekdot ini diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
(a) Catatan Anekdot Deskriptif adalah catatan yang menggambarkan perilaku, kegiatan atau situasi dalam bentuk pernyataan, baik pernyataan yang bersifat umum maupun khusus,
(b) Catatan Anekdot Interpretatif adalah catatan yang menggambarkan perilaku, kegiatan atau situasi dalam mana penafsiran observer didukung oleh fakta, dan
(c) Catatan Anekdot Evaluatif adalah catatan yang menggambarkan perilaku, kegiatan atau situasi yang berupa penilaian oleh observer berdasarkan ukuran baik-buruk, benar-salah, layak-tidak layak, dan dapat diterima-tidak dapat diterima.
Berbagai manfaat Catatan Anekdot adalah: (a) dapat memperoleh diskripsi perilaku individu yang lebih tepat, (b) dapat memperoleh gambaran sebab-akibat perilaku tipik individu, dan (c) dapat mengembangkan cara-cara penyesuaian diri dengan masalah-masalah dan kebutuhan individu secara mendalam.
Pengadministrasian Catatan Anekdot terhadap peristiwa/perilaku tipikal dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisis hasil.
Tahap persiapan mencakup langkah-langkah berikut:
a. Menentukan aspek perilaku observee yang akan dicatat.
b. Menentukan siapa yang melakukan pencatatan.
c. Menetapkan bentuk catatan anekdot.
Tahap Pelaksanaan/Implementasi
Pada tahap pelasanaan observer menyiapkan format catatan asli, kemudian mengambil posisi yang memudahkan proses pencatatan. Selanjutnya observer melakukan pencatatan terhadap perilaku tipik observee dan diusahakan agar ia tidak menyadari jika sedang diamati.
Tahap Analisis Hasil
Tahap analisis hasil berupa pemberian komentar/interpretasi observer terhadap perilaku observee pada suatu kejadian berdasarkan hasil pencatatan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat interpretasi, antara lain:
(i) Berisi ulasan kesimpulan dan komentar dari observer mengenai perilaku observee
(ii) Bersifat penilaian evaluatif (baik-buruk, benar-salah)
(iii) Mengungkap “kemungkinan” dibalik perilaku dan simpulan perilaku
(iv) Mempertimbangkan perasaan observee saat berperilaku dan sasaran perilakunya
(v) Mencatat respon lingkungan
(vi) Memperhatikan anteseden control dan stimulus
(vii) Peka potensi konflik, kebiasaan, dan sifat-sifat individu observee
d) Alat-Alat Mekanik (Mechanical Devices)
a. Pemahaman Alat-alat Mekanik
Alat-alat mekanik adalah alat-alat elektronis dan optis yang digunakan untuk merekam data selama proses observasi. Alat-alat mekanik ini biasanya digunakan sebagai alat bantu/dukung pengumpulan data dengan teknik lain, seperti wawancara.
b. Manfaat Alat-alat Mekanik
Alat-alat mekanik bermanfaat untuk memperlancar atau membantu pelaksanaan wawancara (interview). Dengan demikian hasil rekaman data dengan alat-alat mekanik ini dapat melengkapi data yang diperoleh dari wawancara.
b. Teknik Self-Report
Teknik self-report adalah teknik pengumpulan data dengan cara melibatkan langsung maupun perwakilan dari pihak yang akan diambil datanya. Teknik ini berlaku pada wawancara, angket, dan otobiografi.
(1) Wawancara
(a) Pemahaman Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui proses percakapan professional yang dapat dilakukan secara langsung tatap muka maupun tidak langsung/perwakilan.
(b) Manfaat Wawancara
Manfaat wawancara untuk kepentingan pemahaman diri konseli di antaranya adalah:
(1) mengungkap langsung pandangan, sikap, dan pendapat individu/konseli
(2) mengungkap struktur kognitif dan makna kehidupan individu
(3) mengeksplorasi informasi personal individu
(c) Mengembangkan Keterampilan Wawancara
Beberapa hal yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan wawancara, yaitu: internal (pengetahuan, sikap dan keterampilan) interviewer, dan eksternal (responden/siswa, pedoman wawancara, dan situasi wawancara).
(d) Pengadministrasian Wawancara
Ada 3 tahap pengadministrasian wawancara, yaitu: persiapan, pelaksanaan,dan analisa hasil.
(e) Aplikasi Prosedur Pengadministrasian Wawancara
· Tahap persiapan
i. Penentuan topic,
ii. Penentuan variable
iii. Penentuan indikator
iv. Penentuan predictor
v. Langkah penyusunan pertanyaan/item
· Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan wawancara dimulai dengan mempersiapkan pedoman wawancara, kemudian membuat kontrak (waktu dan tempat) wawancara, serta menentukan teknik wawancara (langsung atau tidak langsung). Selama proses, pewawancara harus mendengarkan dan mencatat dengan tepat dan cermat atas semua jawaban respondennya. Selain itu, pewawancara harus tetap berpegang teguh pada kode etik wawancara yaitu obyektif, jujur, netral, cermat, lengkap merekam jawaban, perhatian, dan menghargai respondennya.
· Tahap analisa hasil
i. Pengelompokan variable yang akan ditabulasi
ii. Pemeberian skor jawaban
iii. Tabulasi untuk mengetahui frekuensi
iv. Menghitung persentase
v. Konversi persentase dengan krieria yang sudah disusun
(4) Angket (Questioner)
(a) Pemahaman Kuesioner
Kuesioner adalah alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada konseli (responden) untuk memperoleh jawaban secara tertulis.
(b) Manfaat Kuesioner
Manfaat angket/kuesioner adalah:
(a) menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan teknik lain,
(b) bahan pembuatan evaluasi program, dan
(c) untuk mengambil sampling sikap dan pendapat dari responden
(c) Struktur Batang Tubuh Kuesioner
Struktur penyusunan kuesioner/angket mencakup tiga hal yaitu: judul, pengantar, dan pertanyaan/pernyataan. Keutuhan bentuk instrumen kuesioner/angket ini tampak pada formatnya, seperti: bentuk fisik luar, instruksi yang jelas, isi pertanyaan dengan bahasa sederhana yang mampu dijangkau oleh pikiran konseli/siswa (responden), dan rancangan pengkodean (recording schedule) yang sederhana dan mudah.
(d) Bentuk-Bentuk Kuesioner
i. Bentuk pertanyaan (terbuka dan tertutup)
ii. Klasifikasi menurut resondennya (langsung dan tidak langsung)
iii. Klasifikasi menurut strukturnya (terstruktur dan tidak terstruktur)
iv. Klasifikasi menurut pentanyaannya (terbuka dan tertutup)
v. Klasifikasi menurut bentuk jawabannya (tabular, berskala, jawaban cek, jawaban kategorial)
(e) Prosedur Pengadministrasian Kuesioner
Prosedur pengadministrasian kuesioner terdiri dari 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan analisa hasil.
(f) Aplikasi Prosedur Pengadministrasian Kuesioner
· Persiapan
i. Penentuan topic
ii. Penentuan variable
iii. Penetapan model
iv. Penentuan kuesioner
v. Penentuan profil
vi. Penyusunan pernyataan/item
· Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penyebaran angket dimulai dengan mempersiapkan angket dan jawabannya. Kemudian membagikannya kepada responden sambil menjelaskan petunjuk pengisiannya. Setelah semua responden selesai mengisi angketnya, maka observer mengecek jumlah responden yang sudah mengembalikan lembar jawabannya.
· Analisa hasil
i. Penyekoran
ii. Pengelompokan jawaban sampai mendapakan persentase
iii. Konversi persentase ke dalam rubric kriteria yang telah disusun.
(5) Otobiografi
(a) Pemahaman Otobiografi
Otobiografi sebagai alat pengumpulan data individu dengan cara mempelajari karangan yang ditulis sendiri berupa riwayat kehidupannya pada rentang waktu tertentu. Otobiografi ini berisi tentang berbagai kejadian yang pernah dialami, sedang dialami atau yang masih menjadi cita-cita/harapan.
(b) Manfaat Otobiografi
Otobiografi memiliki beberapa manfaat antara lain: (i) mengetahui aspek-aspek, baik pikiran, perasaan, sikap pribadi, tingkah laku atau keadaan emosi, (ii) mengetahui tingkat pengetahuan dan pendidikan, pengalaman, minat bahkan tujuan atau cita-cita yang hendak diraih/diwujudkan, (iii) sebagai dasar untuk melancarkan instrumen lain, dan (iv) sebagai pembanding hasil interpretasi dari data yang digali dengan menggunakan instrumen lain.
(c) Bentuk-bentuk Otobiografi
Ada 2 bentuk otobiografi, yaitu:
· Bersruktur; bentuknya disusun dengan struktur yang telah ditentukan oleh pengumpul data
· Tidak berstruktur; bentuknya bebas sesuai sesuai dengan keinginan responden
(d) Prosedur Pengadministrasian Otobiografi
Prosedur pengadministrasian otobiografi terdiri dari 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan analisa hasil.
(e) Aplikasi Prosedur Pengadministrasian Otobiografi
· Persiapan
i. Menyiapkan format otobiografi
· Pelaksanaan
i. Menyebarkan format sambil menjelaskan petunjuk pengisiannya
ii. Memberikan batas waktu pengerjaannya
· Analisa hasil
Adapun tahap analisis hasil otobiografi ini meliputi:
(a) merangkum semua kejadian yang dianggap penting,
(b) mengelompokan antara pengalaman yang menyenangkan dan yang kurang menyenangkan,
(c) memisahkan data yang berkenaan dengan aspek pikiran, perasaan, perilaku/sikap dan hal lain yang ingin diketahui (konflik, harapan),
(d) menghitung selisih antara aspek positif dan negatif secara menyeluruh,
(e) menjumlahkan aspek positif dan negatif dari masing-masing kategori,
(f) menjumlahkan aspek positif dan negatif secara menyeluruh,
(g) diambil kesimpulan secara umum,
(h) menghitung selisih aspek positif dan negatif per kategori , dan (i) disimpulkan perkategori pengalaman yang dialami. Hasil analisis otobiografi ditampilkan dalam profil.
c. Sosiometri
i. Pemahaman Teknik Sosiometri
Sosiometri merupakan alat pengumpul data untuk mengetahui struktur dan status social seseorang dalam lingkungan sosialnya. Dengan teknik ini dapat pula diketahui kondisi relasi social dalam berbagai aspek, misalnya hubungan seseorang dengan kelompok belajarnya, dsb.
ii. Manfaat Teknik Sosiometri
Manfaat teknik sosiometri antara lain:
· Memperbaiki hubungan social
· Menentukan kelompok kerja
· Meneliti kemampuan leadership
· Mengatur tempat duduk di kelas
· Mengetahui kekompakan atau perpecahan dalam suatu kelompok
iii. Prosedur Pengadministrasian Sosiometri
Prosedur pengadministrasian otobiografi terdiri dari 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan analisa hasil.
iv. Aplikasi Prosedur Pengadminsitrasian Sosiometri
· Persiapan
i. Menetukan kelompok siswa yang diselidiki, misalnya untuk belajar kelompok
ii. Memberikan informasi tentang tujuan diselenggarakannya sosiometri
iii. Menyusun angket sosiometri sesuai dengan tujuan pengukuran
· Pelaksanaan
Pada tahap ini pengumpul data menyebarkan format sosiometri, menjelaskan pedoman pengisiannya, serta mengumpulkannya kembali dari responden/siswa.
· Analisa hasil
i. Memeriksa kelengkapan hasil angket sosiometri,
ii. Membuat tabulasi yang berupa matrik sosiometri,
iii. Membuat sosiogram,
iv. Menghitung indeks pilihan, yakni indeks pemilihan dibuat dengan rumus:
i.p. = Jumlah yang memilih
n – 1
Keterangan:
i.p. = indeks pemilihan
n = jumlah anggota dalam kelompok
v. Kesimpulan dan pengiterpretasian hasil
vi. Membuat sosiogram
d. Daftar Cek Masalah (DCM)
(a) Pemahaman Daftar Cek Masalah (DCM)
DCM adalah alat non tes yang berisi daftar masalah yang kemungkinan dialami oleh responden dalam berbagai aspek kehidupannya yaitu aspek pribadi, social, belajar dan karier.
(b) Manfaat Daftar Cek Masalah (DCM)
Manfaat DCM adalah
(1) untuk melengkapi data yang sudah ada,
(2) untuk mengenal individu yang perlu segera memperoleh bimbingan khusus,
(3) sebagai pedoman penyusunan program bimbingan kelompok pada umumnya, dan
(4) untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang individu maupun kelompok.
(c) Jenis-jenis Masalah yang termuat dalam DCM
Ada 12 kategori masalah dalam DCM, yaitu masalah: (1) Kesehatan, (2) Keadaan Ekonomi, (3) Keluarga, (4) Agama atau Moral, (5) Pribadi, (6) Hubungan social dan berorganisasi, (7) Hobi dan penggunaan waktu luang, (8) Penyesuaian terhadap sekolah
Penyesuaian terhadap Kurikulum, (10) Masa depan yang berhubungan dengan jabatan, (11) Kebiasaan belajar, dan (12) Muda-mudi dan Asmara (percintaan)
(d) Prosedur Pengadminitrasian Daftar Cek Masalah
Prosedur pengadministrasian DCM terdiri dari 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan analisa hasil.
(e) Aplikasi Prosedur Pengadminsitrasian Daftar Cek Masalah
· Persiapan
i. Konselor menyiapkan bahan sesuai dengan jumlah siswa
ii. Konselor benar-benar menguasai petunjuk cara mengerjakan
· Pelaksanaan
i. Menyebarkan format DCM
ii. Menjelaskan manfaat DCM
iii. Memandu responden/siswa cara pengisiannya dan waktu yang disediakan.
iv. Mengumpulkan kembali format DCM yang selesai diisi dan menghitung jumlahnya.
· Analisa hasil
Langkah-langkah analisis DCM:
i. Menjumlah item masalah yang dipilih responden
ii. Menghitung persentase per topik masalah dengan mencari ratio antara jumlah item masalah yang dipilih dengan jumlah item per topik masalah
nM X 100%
n
nM: jumlah item masalah yang menjadi responden
n : jumlah item per topic masalah
iii. Mencari ranking masalah
iv. Mengkonversi persentase ke standar scale
2) Asesmen Teknik Tes
Tes adalah suatu prosedur sistematik untuk mengamati tingkah laku menggunakan bantuan skala berangka (numerikal) atau kategori tetap. Tes digunakan guna melengkapi data awal konselor dalam upaya membantu konselinya.
a. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar disebut juga auenthic assessment yaitu tes yang bertujuan mengetahui tingkat keberhasilan suatu pembelajaran pada bidang mapel tertentu.
b. Tes psikologis
Tes psikologis merupakan prosedur sistematis dan obyektif untuk mengukur kemampuan seseorang yang bersifat potensial (Urbina, 2004). Berdasarkan hasil tes psikologis dapat diprediksikan seberapa jauh prestasi yang dapat dicapai seseorang pada masa mendatang, Kemampuan potensial berbeda dengan prestasi/kecakapan (Mahwah, 2004; Munandir, 1996).
1) Tes Kecerdasan (inteligensi)
Tes inteligensi adalah tes untuk mengukur kecerdasan, kemampuan umum (IQ) konseli yang dipandang sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
2) Tes Bakat
Tes bakat adalah tes yang disusun untuk mengetahui kekhususan bakat yang dimiliki seseorang. Dalam bidang pendidikan, dikembangkan tes bakat akademik untuk mengetahui kemampuan khusus seseorang dalam bidang akademik. Tes bakat yang sudah dikembangkan antara lain tes kemampuan berfikir verbal, tes kemampuan berfikir numerikal, tes kemampuan skolastik (perpaduan a dan b), tes berfikir abstrak, tes berfikir mekanik, tes relasi ruang, dan tes kecepatan dan ketelitian klerikal.
3) Tes Minat Vokasional
Tes minat jabatan adalah tes mengungkap kecenderungan aspek-aspek individu yang bersifat nonkemampuan, seperti kecenderungan reaksi emosi, sikap, sosiabilitas dan sebagainya.
A. Prosedur Penetapan Teknik Asesmen dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam menetapkan teknik asesmen konselor perlu menganalisa kesesuaian teknik dengan permasalahan yang dialami oleh konselinya. Tidak semua teknik yang ada dapat dipergunakan bagi setiap masalah konseli. Konselor harus bisa memilih dan memilah teknik apa saja yang dapat digunakan dan yang tidak perlu digunakan dalam menangani permasalahan khusus konselinya.
B. Catatan Kumulatif
Catatan komulatif adalah kumpulan data lengkap konseli/siswa yang mencakup keseluruhan aspek kehidupannya, mulai dari data diri, keluarga, belajar, bakat, minat dan lingkungannya yang diperoleh dari pengumpulan data melalui teknik tes dan non tes. Pengadministrasiannya dapat berupa data computer, catatan ataupun buku pribadi siswa. Data dalam catatan kumulatif bersifat prediktif, diagnostis, dan futuristic yang dapat digunakan pada saat ini maupun saat yang akan datang.
D. Kode Etik Penggunaan Asesmen Teknik Tes dan Teknik Non Tes
Dalam pengadministrasian teknik tes, konselor tidak diperkenankan menyusun tes psikologis kecuali memiliki sertifikasi khusus tes. Konselor hanya diinjinkan mempergunakan hasil dari tes psikologis. Hanya para ahli yang berkompeten saja yang dapat menyusun tes, misalnya psikolog.
Sedangkan dalam asesmen teknik non tes, konselor diberikan keleluasan dalam menggunakannya. Konselor dapat menyusun dan mengembangkan alat non tes asalkan tidak terlalu jauh berbeda dengan yang sudah disusun oleh para ahli bimbingan konseling.
Etika tersebut diatas wajib ditaati oleh para konselor agar proses asesmen benar-benar sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Hal ini penting agar proses pemberian layanan kepada konseli dapat mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mengembangkan segenap potensi konseli agar mampu berkembang dengan optimal.
No comments:
Post a Comment