PERILAKU MEMBOLOS SEKOLAH PADA SISWA SMA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur haturkan kehadirat TUHAN yang Maha Esa, Karena berkat rahmat
dan perlindungannya yang telah memberikan kekuatan lahir maupun batin sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesaikan. makalah ini diharapkan mampu menjadi
solusi bagi murid dan guru dalam mengatasi masalah yang timbul dari
sekolah atau kelasnya sendiri.
Adapun penulisan makalah ini berjudul “Membolos Sekolah”. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Makalah ini jauh dari sempurna, baik dalam
penulisan, isi maupun tata bahasanya.
Akhirnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu memperlancar penyusunan makalah ini. Dan hanya Allah jualah yang dapat
membalas kebaikan kita semua.
Daftar isi
Kata
pengantar
.............................................................................................i
Daftar isi .......................................................................................................ii
Bab I pendahuluan
........................................................................................1
1.1. Latar belakang
.......................................................................................1
1.2. Rumusan masalah
..................................................................................2
1.3. Tujuan penulis...
....................................................................................
2
Bab II Kajian Teori........................................................................................3
A. Pengertian membolos
...............................................................................3
B. Faktor keluarga..........................................................................................4
C.
Kurangnya kepercayaan
diri.....................................................................6
D.
perasaan yang
termarginalkan...................................................................7
E. Faktor
Personal..........................................................................................8
F. Faktor
Berasal dari
sekolah........................................................................8
G. Akibat
yang ditimbulkan siswa suka memblos.......................................10
H. Cara
mengatasi Siswa yang suka
membolos.............................................11
Bab III Pembahasan............................
..........................................................15
A. Sumber 1dan 2................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Membolos
pelajaran merupakan hal yang di sengaja oleh siswa atau siswi atau justru dari
orang yang ada disekitarnyamisalnya teman, orang tua, bapak/ibu guru dll.
Siswa atau siswi yang terpengaruh oleh teman-teman yang terjadi pada sekolah
menengah pertama (smp) maupun sekolah menengah atas (sma). Sep
erti juga hal ini kita sering temui bahwa siswa-siswi yang kurangnya
kepercayaan diri sehingga menjadi penghalang bagi pendidikannya atau segala
aktifitas yang ada di sekolah. hal ini menyebabkan pelajar mengalami masalah
dalam bangku pendidikan, Kenakalan membolos yang dilakukan oleh siswa-siswi
penyebabnya tidak naik kelas dan tertinggal pembelajaran yang di berikan oleh
guru tersebut, orang yang membolos adalah orang yang malas mengikuti pelajaran
dan tidak mau untuk bersama atau bersosialisasi dengan sesama. Kenakalan
membolos banyak terjadi di kalangan pelajar-pelajar Sekolah Menengah Atas
(SMA).
Yang
kita ketahui bersama di SMA LOKON ST NIKOLAUS TOMOHON banyak terjadi
hal-hal seperti ini dan terjadi pada siswa-siswi SMA LOKON ST NIKOLAUS TOMOHON,
membolos dan langsung menuju asrama Hingga pembelajaran berakhir sehingga
pelajaran tersebut tidak diikuti dengan baik. Dikalangan kompleks
SMA Lokon mereka meremehkan Guru tersebut sehingga jam pembelajaran
di tunda untuk tidur di asrama. hal seperti membolos sudah dilakukan oleh
pimpinan sekolah sampai merubah sistem KTSP ke sistem K-13 supaya siswa-siswi
tidak malas mengikuti pelajaran agar mereka selalu aktif dalam pembelajaran
sehingga bisa LULUS dengan baik, di sistem K-13 ini siswa-siswi di latih untuk
bisa mandiri dan bekerja keras untuk menggapai cita-citanya dan siwa-siswi yang
malas agar lebih giat lagi belajar. “Jadi Judul Penulis Adalah “Membolos
Sekolah”
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa
pengertian dari membolos?
b. Apa
faktor-faktor penyebab sehingga siswa-siswi membolos ?
c. Apakah
akibat yang ditimbulkan siswa suka membolos ?
d. Kenapa
siswa-siswi suka membolos pelajaran ?
e. Bagaimana
cara mengatasi masalah membolos?
1.3 TUJUAN PENULIS
a. Untuk
Mengetahui pengertian membolos ?
b. Untuk
Mengetahui faktor-faktot membolos ?
c. Untuk
Mengetahui akibat yang di timbulkan suka membolos?
d. Untuk
mengetahui siswa-siswi yang suka membolos
e. Untuk
mengetahui cara mengatasi membolos
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Pengertian membolos
membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa
yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat, atau membolos juga
dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa adanya suatu alasan yang
jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika
tidak segera diselesaikan atau dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang
lebih parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos
menjadi perhatian yang sangat serius.
Penanganan
tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu dilibatkan.
Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam
keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihakb sekolah dengan pihak
keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah siswa tersebut.
Mungkin
kita pernah mendengar (atau mungkin sering) ada siswa yang tidak diperbolehkan
masuk sekolah oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan tertentu mungkin hal ini
dianggap paling efisien untuk mengatasi krisis atau permasalahan dalam
keluarganya. Misalkan kakaknya sakit, sementara kedua orang tuanya harus pergi
bekerja mencari nafkah. Untuk menemani kakaknya tersebut maka adiknya terpaksa
tidak masuk sekolah. Untuk alasan tersebut bolehlah sang adik tidak masuk
sekolah. Tapi yang menjadi masalah terkadang anak tersebut tidak membuat surat
izin kepada pihak sekolah, sehingga piha sekolah tidak tahu duduk
permasalahannya. Yang mereka tahu si A membolos. Sementara dampaknya bagi anak
tersebut ialah ia harus kehilangan waktu belajarnya. Jika hal ini menjadi
kebiasaan (membolos), lambat laun siswa tersebut tidak peduli lagi dengan
peraturan. Ia akan berbuat seenaknya, terserah mau masuk atau tidak
B.
Faktor Keluarga
1.
Orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan.
Selain itu sikap orang tua terhadap sekolah juga memberi pengaruh yang
besar pada anak. Jika orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan
hanya membuang-buang waktu saja, atau juga jika mereka menanamkan perasaan pada
anak bahwa ia tidak akan berhasil, anak ini akan berkurang semangatnya untuk
masuk sekolah. Biasanya sikap orang tua yang menganggap bahwa pendidikan itu
tidak penting karena mereka sendiri orang yang kurang berpendidikan. Akibatnya
penghargaan terhadap pendidikan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan mereka
menuntut agar anak-anaknya untuk bekerja saja mencari uang. Ironisnya mereka
juga menuntut agar anaknya memperoleh hasil yang lebih besar dari kemampuan
anak tersebut. Orang tua seperti ini tidak memiliki pandangan jauh ke depan,
sebagai imbasnya masa depan anaklah yang menjadi korban.
2.
Membeda – bedakan anak.
Ada orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan bagi anak laki-laki
lebih penting daripada anak perempuan. Anak laki – lakilah yang menjadi tumpuan
dan kebanggaan keluarga, sementara anak perempuan pada akhirnya akan kawin dan
hanya mengurusi masalah dapur, sehingga tidak memerlukan pendidikan yang
terlalu tinggi. Dalam hal ini, anak perempuan didorong untuk tidak masuk sekolah.
Mengurangi uang saku. Meskipun tidak semua anak menginginkan uang saku yang
banyak, namun tidak sedikit pula anak – anak yang merasa kurang percaya diri
jika uang saku mereka sedikit dibanding dengan teman-temannya. Sehingga
akibatnya pada anak tersebut ialah ia menjadi malas untuk masuk sekolah.
Di zaman
modern seperti sekarang ini uang selalu dapat berbicara, tak terkecuali pada
bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang mengharuskan siswa-siswanya
untuk membeli LKS, buku wajib, dan segala dan kebutuhan lain demi kepentingan
proses belajar. Untuk barang-barang tersebut kadang orang tua tidak mau
mengeluarkan uang untuk membelinya. Maka siswa yang tidak membeli akan malu
pada siswa lain yang membeli. Dan siswa yang tidak membeli akan malas untuk
berangkat ke sekolah.
C.
Kurangnya Kepercayaan Diri
Sering rasa kurang percaya diri menjadi penghambat segala aktifitas.
Faktor utama penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia
mematikan kreatifitas siswa. Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan yang
dimiliki siswa, tetapi jika tidak berani atau merasa tidak mampu untuk
melakukannya sama saja percuma. Perasaan diri tidak mampu dan takut akan selalu
gagal membuat siswa tidak percaya diri dengan segala yang dilakukannya. Ia
tidak ingin malu, merasa tidak berharga, serta dicemoohsebagai akibat dari
kegagalan tersebut. Perasaan rendah diri tidak selalu muncul pada setiap mata
pelajaran. Terkadang ia merasa tidak mampu dengan mata pelajaran matematika,
tetapi ia mampu pada mata pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang ia tidak
suka, ia cenderung berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih
jika akan masuk sekolah. Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan tidak
masuk sekolah justru membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran. Melarikan
diri dari masalah malah akan menambah masalah tersebut.
D.
Perasaan yang Termarginalkan
Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi
kadang diinginkan atau diterima di kelasnya. Perasaan ini bisa berasal
dari teman sekelas atau mungkin gurunya sendiri dengan sindiran atau ucapan.
Siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan merasa lebih aman berada
di rumah. Ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh ancaman
temannya. Ada juga yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain,
atau mengobrol bersama. Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan
oleh faktor tertentu, misalnya faktor SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar
golongan).
E.
Faktor Personal
Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau
hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena
kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras
F.
Faktor yang Berasal dari Sekolah
Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos
pada remaja, karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang
terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor personal
atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak
memberikan tindakan yang konsisten, kadang menghukum kadang menghiraukannya.
Ketidakkonsistenan ini akan berakibat pada kebingungan siswa dalam berperilaku
sehingga tak jarang mereka mencoba – coba membolos lagi. Jika penyebab
banyaknya perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat
dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus
lebih jelas dengan sangsi – sangsi yang
dipaparkan secara eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa
sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan. Selanjutnya, faktor lain yang
perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos, pendekatan
individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan
permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan
mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas – tugas
yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya
sangat sulit sehingga membuat frustasi.
Tugas pihak sekolah dalam membantu menurunkan perilaku membolos adalah
mengusahakan kondisi sekolah hingga nyaman bagi siswa – siswanya. Kondisi ini
meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses administratif serta informal
di luar kelas
Dalam seting sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku siswa,
termasuk perilaku membolos. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik
dan hanya berorientasi pada selesainya penyampaian materi pelajaran di kelas,
peluang perilaku membolos pada siswa semakin besar karena siswa tidak merasakan
menariknya pergi ke sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang dan merasakan manfaat
sekolah adalah dengan melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi minat tiap
siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta bagaimana perkembangan mereka
selama dalam proses pembelajaran.
Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk lebih terbuka
terhadap guru sehingga jika ada permasalahan, guru dapat segera membantu.
Dengan suasana seperti itu siswa akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku
membolos yang mengarah pada kenakalan remaja dapat dikurangi. Tentu saja,
pendekatan dari pihak sekolah ini hanya menjadi salah satu faktor saja. Faktor
lainnya seperti faktor personal dan faktor keluarga juga tak kalah penting dan
memberi kontribusi besar dalam perilaku membolos, sehingga pencarian mengenai
penyebab yang pasti dari perilaku membolos perlu dilakukan terlebih dahulu
sebelum kita menetapkan pihak mana yang layak melakukan intervensi.
Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana
tempat siswa – siswa belajar ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila
bahan yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih
yang sesuai dengan minat anak atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya
tujuan yang sesuai dengan tujuan anak melakukan aktivitas belajar. Jadi,
suasana kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu,
tujuan pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys.
Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.
adi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang berisiko
meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara lain
kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara
orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau
tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi sisw
G.
Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos
Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami
kegagalan dalam pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu
anak mengejar pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar
dilaksanakan. Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia tidak mengerti
apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari dasar – dasar dari
mata pelajaran – mata pelajaran yang diperlukan untuk mengerti apa yang
diajarkan.
H.
Cara Mengatasi Siswa yang Suka Membolos
Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali
menjadi momok atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih
berfungsi sebagai pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa
yang bermasalah melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk
dilakukan pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu
semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya
mengurusi anak yang bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa
berfungsi sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat
curhat. Bimbingan konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa
dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi
siswa baik stres masalah pelajaran, keluarga,pertemanan dan lain sebagainya.
Perubahan paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa
bisa semakin dieliminir.
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak –
anak dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak
menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer
pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan mampu
berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa, pendidik
atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai
sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan
personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga
pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang
dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah
mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir
kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari pihak
sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah
melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena
membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat siswa
jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak
lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa
kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan mudah sekali marah.
Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh
karena itu, penanganannya harus hati – hati.
Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami
marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang
terjadi manakala siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga
anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya
rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan,
siswa akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa
dapat dikeluarkan dari sekolah. Lalu karena tidak masuk, secara otomatis ia
tidak mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Akhirnya ia harus belajar
sendiri untuk mengejar ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak
memahami materi bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai
ulangannya.
Tindakan
yang dapat dilakukan
I. Dengan Mengetahui Faktor –
Faktor Penyebabnya
Dengan
mengetahui faktor – faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana
kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya
siswa yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa
masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia
membolos, maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman
dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing
langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah
dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat
dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya.
Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak
sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak.
Jadi kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari
luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK
selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya
sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu
pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada
kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
II. Menerapkan Gerakan Disiplin
Gerakan
disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau pergi
pada waktu jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di
tempat hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri juga
berpotensi untuk menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar
yang suko membolos mempunyai tingkat kenakalan yang tinggi dan justru sering
medekati kriminal seperti pengompasan pelajar yang lebih kecil atau dibawahnya
sampai dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di kalangan pelajar juga
muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang tua sering kali tidak di rumah
karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat negatif. Fenomena bolos sekolah
ini sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang
kerusakan moral pelajar dimulai. Oleh karena itu perlu tindakan tegas dari para
aparat Satpol PP untuk sering melakukan operasi agar menjadi sebuah shock
therapy yang mempunyai efek jera bagi para pembolos dan juga ketegasan dari
pihak sekolah untuk mencegah siswanya bolos sekolah. Kalaupun siswa harus
keluar sekolah pada jam sekolah haruslah seijin sekolah dengan menggunakan
surat ijin.
III. Sosialisasi Kepada Pengelola
Hiburan
Pihak
Dinas Pendidikan dibantu oleh Kesbanglinmas dan Satpol PP serta berkoordinasi
dengan Kepolisian harus terus mensosialisasikan kepada para pengelola hiburan
seperti Play Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar pada jam sekolah.
Kebanyakan pelajar yang bolos sekolah ”bersembunyi” di sana. Setelah
sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan penempelan stiker atau poster tentang
larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka ditingkatkan menjadi taraf
pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para pelajar bolos
bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan
maka bisa dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa
disesuaikan dengan aturan yang berlaku.
Sesungguhnya
yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa membolos adalah keberadaan guru.
Guru yang ideal harus berfungsi sebagai,Designer of Instruction. Sebagai
Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan,
tapi seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai
peracik bahan – bahan pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik
kepada siswa, sehingga pada gilirannya siswa merasa jenuh di kelas.
Dan tidak
kalah pentingnya guru ideal adalah guru yang mampu menempatkan dirinya sebagai
Evaluator of Instruction, guru diharapkan sebagai penilai hasil ujian siswa
dengan mengedepankan kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi
banyak sekali guru dengan kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga,
melakukan penilaian dengan cara “ngaji (mengarang biji)” nilai siswa dikarang
karena tidak punya waktu banyak untuk menilai satu persatu siswanya. Hal inilah
bisa sebagai pemicu siswa membolos.
BAB III PEMBAHASAN
Sumber 1
: Rocky Karupukaro
Pengertian
membolos? Menurut saya membolos adalah hal dimana siswa
mengalami kemalasan dan tidak mau untuk mengikuti pelajaran yang di berikan
dari guru tersebut.
Akibat
siswa membolos? Akibatnya siswa ketinggalan pelajaran dan tahan
kelas dan akan susah mengejar pelajaran yang tertinggal.
Maanfaat
siswa membolos? Menurut saya tidak ada manfaat, malah membawa
kerugian.
Cara
mengatasi siswa membolos? Dengan adanya faktor
pendorong oleh teman-teman dan merangkul dia kembali ke jalan yang positif.
Sumber 2
: Aldo Kambey
Pengertian
membolos? Menurut saya ada 2 faktor yang menyebabkan siswa
membolos :
1. Malas
? karena siswa tidak mau mengikuti pelajaran tersebut karena pelajaran tersebut
tidak di sukai siswa.
2. Mengikiti teman ? karena
terpengaruh oleh teman jadi siswa tersebut mengikuti teman yang membolos dan
terjadilah kenakalan oleh siswa.
Akibat
Membolos? Bisa terjadi siswa tersebut megalami
kesusahan di dalam study nya dan dia tidak mengerti pelajaran tersebut dan bisa
membuatnya susah dalam Ujian Semester dan tentunya dia tidak akan lulus.
BAB IV PENUTUB
Demikianlah
makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca. saya mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, dimengerti .Karena kami hanyalah manusia biasa yang
tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca makalah ini. Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima
di hati dan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui
tentang cara menanggulangi Perilaku siswa yang suka membolos yang kerap
dilakukan para siswa-siswi di sekolah
DAFTAR PUSTAKA
1. http://cigadoggoblog.blogspot.com/2012/06/makalah-mengatasi-siswa-sering-bolos.html
2. Soekanto,
Soerjono.1883. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta:Ghalia
Indonesia.
No comments:
Post a Comment